Tuesday, November 27, 2007

Galau Sebuah Hati

Diantara belantara rimbun dunia

Berjalan tak menentu tanpa arah

Mengikuti takdir hidup melangkah

Mencari menemuikan makna ada

Terasa lelah untuk melangkah

Berharap akan waktu dan terpasrah

Galau sebuah hati memaknai kehidupan

Dalam kegamangan menatap masa depan

Adakah pandu untuk ku?

Pandu Yang menuntunku menggapai impian

Pandu yang memaknai arti kehadiran

Pandu yang membakar hati agar terus bergelora

Hati yang mencari

Memaknai nafas yang diberi

Mendengarkan debar yang menari

Menafikan semua keinginan terperi

Dalam guratan kehidupan

Berkelahi dengan setiap kesalahan

Terus berharap terhadap mu Tuhan

Agar terus kau tunjukan jalan

Merpati Yang Tak Terganti

Rumpun ilalang yang tumbuh memanjang

Bergetar bersama angin

Menghembus nafas penantian

Memberi arti dalam sebuah kesendirian

Terpa angin di jendela ruang ku

Seperti orkestra kumbang musim panas

Menarikan irama gemericik sungai

Menggugahkan haruku bangkit

Genggaman mu menyingkap kedalamam

Diperaduan yang lapang

melintasi empat windu

Saat kau tuluskan hati yang tersuci

Setiamu yang terentang dalam pola sang waktu

Melipat gandakan jelita kalbu mu

Dalam tarik napas yang sarat pendam

tetap saling buru walau dalam rekat

Rasaku padamu

Sudah melampaui tegaknya sang tugu

Inginku atasmu

Menyihirkan bebatuan atas alam

Kau dengarlah senandung lembayung

Menyemburat cahaya jingga di ufukku

Dari sanalah ku kabari

Tentang kisah sebuah merpati yang tak terganti

Rasa Ini...

Tersirat rindu pada lengking dawai gitarku

Sore Hari saat sang surya pulang ke peraduan

Kala burung gereja meluncur senyap

Menyusuri kemilau cahaya sungai yang kelam

Seperti itulah rasaku bergetar

Seperti pertama kali menyusuri hati yang berliku

Mencari buah asa ranum dalam taman hati

Mengumpuli bulir-bulir rindu yang terpencar

Seperti siluet senja di cakrawala

Teruarai mesra oleh kuasa malam

Terbacahkah hasrat pada bola mata kristalmu

Memancar suatu elegi hati yang terdalam

Kini tubuh jelita mu bermain di pelupuk mata

memelihara sisa keinginan pada laharku

Terpa angin nestapa menerobos sela-sela dedaunan

mengisyaratkan suatu keputusan yang telah tersimpulkan

Begitulah malam ini

Diperaduan yang lapang

Disisi teras rumah persewaan

Kita rayakan gejolak asa kepundan secara sederhana

memberi peluang lebih pada diam

Wednesday, November 07, 2007

Menikmati Pagi...

Pagi yang masih damai
Lengkung petala langit menyelak sayap jendela
Bilah matahari yang menerobos dari regangannya
Menerangi sudut ruang ku

Dingin mengeram butir embun
Regangannya masuk menyapa kulit bumi
Jemari menepis sinar matahari
Memulai hari yang baru

Menikmati semilir angin
Sepoi menyapu halus wajahku
Terhirup udara manis
Menikmati kebahagiaan yang tak terlukis

Terimakasih Tuhan
Demi waktu yang kau berikan
Kehidupan yang kau percayakan
kan ku nikmati dengan segala kerendahan

Biarkan...Ijinkan....Ikhlaskan

Biarkan aku menghujanimu dengan ribuan kata cinta

Agar gersangnya ladang hatimu segera sirna

Dan benih cinta ini segera tumbuh dengan sempurna

Merekahnya bunga cinta ini semakin menyerbarkan aroma

Ijinkan aku memujimu dengan ribuan kata yang terucap

Agar dirimu segera tersadar dari keraguanmu yang tertancap

Biarkan aku memahkotaimu dengan syair atau gurindam

Agar aku mampu menyusup dihatimu yang terdalam

Ikhlaskan aku untuk menghapus kesedihan dalam jiwamu

Lewat sebuah sikap yang kadang membuatmu jemu

Hanya dengan itulah aku menunjukkan sayangku padamu

Honey......i love you