Tuesday, November 14, 2006

Satu Cerita Tentang KRL


Jam 19.30, Kereta api Listrik jurusan Jakarta Kota menghela nafasnya yang berat karena usianya yang semakin tua. Dia membunyikan klakson sebagai tanda bahwa dia siap menyeret tubuhnya yang semakin dijejali oleh beratnya ribuan manusia dan barang tanpa mempedulikan badannya yang sudah keropos dimakan usia. Jam 19.35, akhirnya Kereta api Listrik mulai berjalan terseok dan perlahan meninggalkan stasiun Bogor. Saat itu tahun 2000, aku lupa tanggal dan bulannya.Dengan dibantu oleh dua buah mata buatan yang tertempel di kepalanya, Kereta api Listrik mencoba untuk berlari menembus gelap dan dinginnya malam.

Gelap??...Hhhmm. .. Kereta api Listrik sama sekali tidak merasa takut. Kereta api Listrik merasa senang, Kereta api Listrik senang karena akhirnya Kereta api Listrik bisa merasakan dekapan dan belaian kegelapan yang selama ini menemani perjalanannya dengan setia. Sesekali Kereta api Listrik membunyikan klaksonnya untuk menyapa gelap, gelap pun membalas sapaan itu dengan desiran angin yang Kereta api Listrik rasakan seperti belaian dan dekapan yang terus Kereta api Listrik ingin rasakan. Dingin??.

Hhhmmm... Kereta api Listrik senang dengan kehadiran dingin, karena tanpa kehadiran dingin, Kereta api Listrik tidak akan pernah bisa merasakan hangatnya belaian dan dekapan gelap. Kereta api Listrik berlari tanpa berharap untuk berhenti. Kereta api Listrik takut untuk berhenti. Kereta api Listrik takut jika beban yang sekarang dibawanya berlari akan terus bertambah dan memadati setiap lorong di badannya. Kereta api Listrik takut jika manusia yang dibawanya malam ini akan semakin merasa panas karena dingin tak bisa mencapai lorong di setiap lekukan badan Kereta api Listrik.

Tapi harapan tinggal harapan... Kereta api Listrik selalu dipaksa untuk berhenti di setiap stasiun yang dilewati. Kereta api Listrik terus dipaksa untuk memuat orang dan barang melebihi kemampuannya. Kereta api Listrik pun harus dipaksa untuk mengalah setiap kali adiknya –kereta Pakuan- berusaha untuk melewatinya. Kereta api Listrik tak bisa berontak, Kereta api Listrik hanya bisa meraung lewat peluitnya dan teriak dengan gesekan antara rel dan roda baja yang Kereta api Listrik miliki.

Akhirnya, jam 21.00 WIT (Waktu Indonesia bagian Tebet) Kereta api Listrik bisa bernafas lega setelah hampir semua manusia dan barang yang memadati setiap lorong di badannya berhamburan keluar. Kereta api Listrik membunyikan peluit seolah memberi salam perpisahan. Sekali lagi Kereta api Listrik berhasil mengantarkan aku untuk berkumpul kembali dengan keluargaku. Aku berkata pada Kereta api Listrik, "Sampai ketemu lagi dilain waktu".

Wassalam
JOe Sorjan
~Dalam perjalanan pulang bersama teman sekelas semasa SMA usai melepas penat selepas EBTANAS~


No comments: