Tuesday, November 27, 2007

Galau Sebuah Hati

Diantara belantara rimbun dunia

Berjalan tak menentu tanpa arah

Mengikuti takdir hidup melangkah

Mencari menemuikan makna ada

Terasa lelah untuk melangkah

Berharap akan waktu dan terpasrah

Galau sebuah hati memaknai kehidupan

Dalam kegamangan menatap masa depan

Adakah pandu untuk ku?

Pandu Yang menuntunku menggapai impian

Pandu yang memaknai arti kehadiran

Pandu yang membakar hati agar terus bergelora

Hati yang mencari

Memaknai nafas yang diberi

Mendengarkan debar yang menari

Menafikan semua keinginan terperi

Dalam guratan kehidupan

Berkelahi dengan setiap kesalahan

Terus berharap terhadap mu Tuhan

Agar terus kau tunjukan jalan

Merpati Yang Tak Terganti

Rumpun ilalang yang tumbuh memanjang

Bergetar bersama angin

Menghembus nafas penantian

Memberi arti dalam sebuah kesendirian

Terpa angin di jendela ruang ku

Seperti orkestra kumbang musim panas

Menarikan irama gemericik sungai

Menggugahkan haruku bangkit

Genggaman mu menyingkap kedalamam

Diperaduan yang lapang

melintasi empat windu

Saat kau tuluskan hati yang tersuci

Setiamu yang terentang dalam pola sang waktu

Melipat gandakan jelita kalbu mu

Dalam tarik napas yang sarat pendam

tetap saling buru walau dalam rekat

Rasaku padamu

Sudah melampaui tegaknya sang tugu

Inginku atasmu

Menyihirkan bebatuan atas alam

Kau dengarlah senandung lembayung

Menyemburat cahaya jingga di ufukku

Dari sanalah ku kabari

Tentang kisah sebuah merpati yang tak terganti

Rasa Ini...

Tersirat rindu pada lengking dawai gitarku

Sore Hari saat sang surya pulang ke peraduan

Kala burung gereja meluncur senyap

Menyusuri kemilau cahaya sungai yang kelam

Seperti itulah rasaku bergetar

Seperti pertama kali menyusuri hati yang berliku

Mencari buah asa ranum dalam taman hati

Mengumpuli bulir-bulir rindu yang terpencar

Seperti siluet senja di cakrawala

Teruarai mesra oleh kuasa malam

Terbacahkah hasrat pada bola mata kristalmu

Memancar suatu elegi hati yang terdalam

Kini tubuh jelita mu bermain di pelupuk mata

memelihara sisa keinginan pada laharku

Terpa angin nestapa menerobos sela-sela dedaunan

mengisyaratkan suatu keputusan yang telah tersimpulkan

Begitulah malam ini

Diperaduan yang lapang

Disisi teras rumah persewaan

Kita rayakan gejolak asa kepundan secara sederhana

memberi peluang lebih pada diam

Wednesday, November 07, 2007

Menikmati Pagi...

Pagi yang masih damai
Lengkung petala langit menyelak sayap jendela
Bilah matahari yang menerobos dari regangannya
Menerangi sudut ruang ku

Dingin mengeram butir embun
Regangannya masuk menyapa kulit bumi
Jemari menepis sinar matahari
Memulai hari yang baru

Menikmati semilir angin
Sepoi menyapu halus wajahku
Terhirup udara manis
Menikmati kebahagiaan yang tak terlukis

Terimakasih Tuhan
Demi waktu yang kau berikan
Kehidupan yang kau percayakan
kan ku nikmati dengan segala kerendahan

Biarkan...Ijinkan....Ikhlaskan

Biarkan aku menghujanimu dengan ribuan kata cinta

Agar gersangnya ladang hatimu segera sirna

Dan benih cinta ini segera tumbuh dengan sempurna

Merekahnya bunga cinta ini semakin menyerbarkan aroma

Ijinkan aku memujimu dengan ribuan kata yang terucap

Agar dirimu segera tersadar dari keraguanmu yang tertancap

Biarkan aku memahkotaimu dengan syair atau gurindam

Agar aku mampu menyusup dihatimu yang terdalam

Ikhlaskan aku untuk menghapus kesedihan dalam jiwamu

Lewat sebuah sikap yang kadang membuatmu jemu

Hanya dengan itulah aku menunjukkan sayangku padamu

Honey......i love you

Wednesday, February 28, 2007

Satu Cerita Tentang "Bakat"...

Paradigma tentang bakat sudah saatnya dirombak. Menyedihkan, tatkala seseorang terdiskreditkan karena alasan tidak berbakat. Kesempatan untuk mencoba pun lenyap, yang tertinggal hanya pemahfuman terpaksa dan menyerah pada nasib.

Bisa berkembang, syukur, tidak pun tak apa, toh memang tidak berbakat. Aduh, kasihan betul. Dalam hal ini bakat dibedakan dari spesialisasi, termasuk yang berkaitan dengan pemosisian yang berlaku dalam dunia kerja pada umumnya.

Di kalangan orangtua, misalnya, tanpa sadar sering kali begitu cepat memberi label anak A berbakat seni, anak B tidak, dan seterusnya. Hal itu mengakibatkan perlakuan pada anak pun selektif. Ada anak yang mendapat lebih banyak kesempatan mengembangkan bakat tertentu, sementara anak lain kurang.

Contoh konkret tersebut tak terkecuali juga melanda dunia pendidikan. Berapa persen siswa suatu sekolah punya kesempatan mengeksplorasi bakat-bakatnya? Paling-paling tak lebih dari 10 hingga 25 persen, selebihnya dipendam atau mengembangkan dengan cara sendiri yang belum tentu terarah dengan baik, hingga manfaatnya juga tidak terasa.

Bakat

Definisi bakat yang ditegakkan dalam koridor gugus utama umumnya mengacu pada dua pemahaman. Bakat adalah bawaan, given from God, dan bakat adalah sesuatu yang dilatih. Sebelum memahami beberapa definisi dan pendekatan bakat yang juga diungkapkan beberapa ahli, ada baiknya kita yakini satu hal: yakin dan percayalah bahwa setiap insan di muka bumi ini telah memiliki bakat berupa anugerah cuma-cuma dari Sang Maha Kuasa.

Kita mengenal "Empat Karunia Ilahi" (4 Human Endowment), atau bakat alami, yakni kesadaran diri (self awareness), imajinasi (creative imagination) , hati nurani (conscience) , dan kehendak bebas (independent will). Tanggung jawab utama manusia sebagai penerima mandat itu adalah memberdayakan keempat bakat alami atau talenta atau karunia tersebut secara maksimal dan optimal.

Beberapa istilah kerap dipakai ketika berbicara bakat secara spesifik, antara lain aptitude, talent/talenta, intelligence/ inteligensi/ kecerdasan, gifted/giftedness, dan sebagainya.

Pada dasarnya istilah-istilah tersebut membawa makna bakat yang berkembang sesuai kebutuhan dan kepentingan. Namun sama-sama mengandung unsur bakat bawaan dan latihan. Misalnya yang dikemukakan Renzulli (1981), bakat merupakan gabungan dari tiga unsur esensial yang sama pentingnya dalam menentukan keberbakatan seseorang, yakni kecerdasan, kreativitas, dan tanggung jawab.

Kecerdasan, beserta aspek-aspeknya dapat diukur dengan peranti atau tes psikologi, termasuk kemampuan intelektual umum dan taraf inteligensi. Aspek-aspek kemampuan intelektual, antara lain mencakup logika abstrak, kemampuan verbal, pengertian sosial, kemampuan numerik, kemampuan dasar teknik dan daya ingat/ memori.

Kreativitas, menurut Guilford (1956), dapat dinilai dari ciri-ciri aptitude seperti kelancaran, fleksibilitas dan orisinalitas, maupun ciri-ciri non-aptitude, antara lain temperamen, motivasi, serta komitmen menyelesaikan tugas.

Tanggung jawab, merupakan pembuktian atau tindakan nyata dari kecerdasan dan kreativitas seseorang terkait dengan pemberdayaan dirinya serta kontribusi bagi kehidupan sosial dan kemanusiaan.

Pendekatan lain mengatakan bakat adalah kondisi seseorang yang dengan suatu pendidikan dan latihan memungkinkannya mencapai kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus.

Dalam hal ini bakat merupakan interseksi dari faktor bawaan dan pengaruh lingkungan. Jadi apabila seseorang terlahir dengan suatu bakat khusus, jika dididik dan dilatih, bakat tersebut dapat berkembang dan dimanfaatkan secara optimal. Sebaliknya jika dibiarkan saja tanpa pengarahan dan penguatan, bakat itu akan mati dan tak berguna.

Bakat adalah tingkat kemampuan yang tinggi yang berhasil dicapai seseorang dalam keterampilan tertentu, demikian menurut Tedjasaputra, MS (2003). Menampilkan bakat dibutuhkan motivasi kuat yang disebut minat, yakni kebebasan seseorang memilih segala sesuatu yang disukai, disenangi dan ingin dilakukan. Gardner (1993) mengganti istilah bakat dengan "kecerdasan" saat mengusung teori kecerdasan jamak atau multiple intelligence yang cukup banyak dipakai.

Sedikitnya ada sembilan kecerdasan atau bakat yang mungkin dimiliki seseorang, yakni logical mathematical, linguistic/verbal, visual spatial, musical, bodily-kinesthetic, interpersonal, intrapersonal, natural, dan moral/ spiritual. Teori Gardner ini menjadi pegangan bahwa setiap orang memiliki bakat unik dan berbeda. Orang tidak dapat dipaksa berprestasi di luar bakat khusus yang paling menonjol pada dirinya.

Bakat dan Otak Manusia

Beberapa pendekatan sebelumnya merupakan pemahaman lama yang masih tetap dapat dianut karena belum usang. Khususnya dalam hal penelusuran minat-bakat dan pengembangan alat tes bakat.

Sejak Prof Roger Sperry, penerima Nobel tahun 1981 melalui penelitian panjangnya bertahun-tahun, mengungkapkan hasil temuannya tentang gelombang otak, maka paradigma baru muncul dan berkembang.

Hipotesisnya telah dibuktikannya sendiri bahwa setiap aktivitas yang berbeda memunculkan gelombang otak yang berbeda pula. Temuan ini sungguh-sungguh mengubah cara pandang tentang potensi dan kreativitas otak manusia.

Hal yang mengejutkan, rata-rata otak membagi kegiatannya secara jelas ke dalam kegiatan "otak belahan kiri" (korteks kiri) dan kegiatan "otak belahan kanan" (korteks kanan).

Saat korteks kanan sedang aktif, korteks kiri cenderung tenang atau istirahat, demikian sebaliknya.

Kegiatan yang paling mudah diamati tentang pergantian aktivitas otak adalah saat kita berjalan. Kaki kanan digerakkan oleh aktivitas otak belahan kiri, saat kaki kiri bergerak otak belahan kanan mengambil alih. Setiap otak memiliki keterampilan yang khas dalam urutan kerja yang sangat rapi.

Kondisi penuh harapan dari olahan dan kembangan penemuan ini adalah setiap orang memiliki banyak sekali keterampilan intelektual, berpikir, dan kreativitas, yang belum digunakan sepenuhnya. Mengacu pada beberapa definisi bakat terdahulu, jelas bahwa bakat-bakat yang dipenuhi oleh potensi intelektual, keterampilan dan kreativitas masih dapat terus digali dari diri kita.

Hal ini memberikan harapan besar dan makna sangat dalam, yakni kita tidak pernah menduga bahwa ternyata kita bukannya tidak berbakat menggambar atau tidak berbakat matematika. Yang terjadi adalah kita tidak memberi kesempatan pada kedua belahan otak untuk menggali diri dan unjuk maksimal.

Orang cenderung bukannya menggali dan memaksimalkan fungsi perbedaan kegiatan otak belahan kanan dan kiri, namun justru membatasi. Diketahui bahwa otak belahan kiri melakukan tugas-tugas yang berkaitan dengan logika, analisis, kuantitatif, fakta, rencana, organisasi, detail/perinci, sekuensial.

Tugas otak belahan kanan berhubungan dengan sifat keseluruhan,intuitif, sintesis, integrasi, emosi, interpersonal, perasaan,
kinestetik.

Pembagian aktivitas ini melahirkan label bahwa seniman berotak kanan sedangkan ilmuwan adalah orang-orang otak kiri. Maka manusia pun seolah terbagi dikotomis, orang otak kiri dan orang otak kanan. Betulkah?

Jangan pernah menggolongkan Albert Einstein sebagai orang berotak kiri. Ia adalah manusia jenius yang berhasil menggali dan memaksimalkan fungsi kedua belahan otaknya, sehingga melahirkan teori relativitas yang luar biasa itu.

Awalnya Einstein membiarkan otak belahan kanan melakukan aktivitas imajinasi tentang sebuah perjalanan di permukaan matahari.

Singkat cerita, perpaduan daya imajinasi dan hal lain yang dilakukan belahan kanan, serta kemampuan matematika, berpikir sistematis dan hal lain yang dilaksanakan belahan kiri, membawa dirinya pada sebuah temuan spektakuler yang maha dahsyat.

Bakat, tidak semata-mata hasil ciptaan yang mencuat secara seragam pada kesempatan berbeda, tidak pula yang hanya digambarkan oleh atribut profesi dan pekerjaan.

Bakat adalah penggalian terus- menerus dan pemanfaatan seluruh kapasitas otak secara bertanggung jawab untuk mewujudnyatakan berbagai hal yang tidak itu-itu saja, atau sesuatu yang sudah telanjur dicap sebagai bakat yang terbatas.

Artinya, tidak ada orang yang tidak berbakat untuk hal tertentu, karena kita semua memiliki otak belahan kiri dan kanan. Coba saja mulai latihan menulis dengan salah satu tangan yang tidak biasa digunakan secara dominan sehari-hari. Latihlah selama satu atau dua bulan terus-menerus.

Apa yang terjadi? Ternyata tangan kita yang satu itu berbakat menulis juga. Hanya saja tangan yang satu lagi sudah telanjur dominan dalam latihan bertahun-tahun sejak kita belajar menulis. Betul?


======
sumber: Tidak Ada Orang yang Tak Berbakat oleh Rinny Soegiyoharto,
psikolog di BPK Penabur

Satu Cerita Tentang "Domba-Domba Negeri Ini"...

Dalam suatu riwayat pernah dikatakan "Nantinya akan ada pada kaumku yang memiliki Pemimpin yang bertabiat seperti Harimau, Menteri-menterinya laksana srigala, dan alim ulama/cendekiawannya seperti Anjing Hutan"

Dapat dipahami ketika kita sebagai domba (baca rakyat) akan tenang di padang rumput ketika musim penghujan. Tetapi ketika musim kemarau tiba....perlahan namun pasti, untuk bertahan hidup akan memakan dedaunan karena rumput-rumput telah kering. Dan dimana letaknya dedaunan segar kalo bukan di hutan. Sedangkan kita tau, hutan adalah sarang Harimau, Serigala, dan Anjing hutan.

Maka dombapun menjadi santapan bagi Harimau, kulitnya habis dikoyak-koyak serigala dan tulang-belulangnya menjadi santapan anjing hutan.

Kalo sudah begini, siapa yang mo disalahkan?Pandai-pandailah memilih pemimpin, karena suatu negara akan rusak apabila suatu masalah diserahkan/dipasrahkan bukan pada ahlinya. Berikut ini puisi dari Rais Sonaji yang mencoba menggambarkan keadaan negeri ini. Merindukan adanya pemimpin yang bisa dijadikan teladan bagi semua. Sebuah kepemimpinan seperti yang pernah Rasulullah SAW contohkan pada kita.

wassalam
Joe Sorjan
~Rindu Rasul~


Domba-Domba Negeri Ini

Sudah banyak domba-domba di negeri ini mati,
Sebagian dimangsa kemiskinan dan kelaparan,
Sebagian diterkam binatang buas,
Sebagian dipatuk janji-janji palsu,
Sebagian dihantam tsunami,
Sebagian ditenggelamkan lumpur,
Sebagian dikubur longsoran tanah dan bahkan sampah,
Sebagian diterbangkan puting beliung,
Sebagian diluluhkan gempa,
Namun kebanyakan dari domba-domba itu
Disembelih kawan seperjalanan
Dan bahkan ditikam pemimpinnya sendiri

Mengapa mesti banyak domba-domba mati ?
Padahal padang rumput menghijau terhampar di depan mata ?
Mengapa do'a -do'a begitu tumpul ?
Padahal dzikir nasional, istigosah dan bahkan taubat nasuha dipamerkan dimana-mana

Sudah lama kiranya domba-domba di negeri ini
Memimpikan seseorang dengan tongkat keadilan Musa ditangan kanan dan
seruling cinta Daud di tangan kirinya
Seseorang yang dapat memberikan jaminan
Jaminan untuk dapat merumput dengan tenang di padang cinta
Seseorang yang bisa jadi itu anda

Rais Sonaji

Satu Cerita Tentang "keluarga Elang"...

Alkisah di suatu negeri burung, tinggallah bermacam-macam keluarga burung.
Mulai dari yang kecil hingga yang besar. Mulai dari yang bersuara lembut
hingga yang bersuara menggelegar. Mereka tinggal di suatu pulau nun jauh di
balik bukit pegunungan.

Sebenarnya selain jenis burung masih ada hewan lain yang hidup di sana.
Namun sesuai namanya negeri burung, yang berkuasa dari kelompok burung.
Semua jenis burung ganas, seperti, burung pemakan bangkai, burung Kondor,
burung elang dan rajawali adalah para penjaga yang bertugas melindungi dan
menjaga keselamatan penghung negeri burung.

Burung-burung kecil bersuara merdu, bertugas sebagai penghibur. Kicau mereka
selalu terdengar sepanjang hari, selaras dengan desau angin dan gesekan
daun. Burung-burung berbulu warna warni, pemberi keindahan. Mereka bertugas
bekeliling negri melebarkan sayapnya, agar warna-warni bulunya terlihat
semua penghuni. Keindahan warnanya menimbulkan kegembiraan. Dan rasa gembira
bisa menular bagai virus, sehingga semua penghuni merasa senang.

Pada suatu ketika, di suatu tempat, seekor induk elang tengah mengerami telur-telurnya.
Setiap pagi elang jantan datang membawa makanan untuk induk elang. Akhirnya,
di satu pagi musim dingin telur-telur mulai menetas. Ada 5 anak elang yang
nampak kuat berdiri. Dua anak elang hanya mampu mengeluarkan kepalanya dari
cangkang telur harus berakhir dalam paruh sang ayah.

Dengan tangkas, elang jantan mengoyak cangkang telur lalu mematuk-matuk
calon anak yang tak jadi. Perlahan-lahan sang induk memberikan
potongan-potongan tubuh anaknya ke dalam paruh mungil anak-anak elang.
Kejam…? Ini hanya masalah kepraktisan. Untuk apa terbang dan mencari makan
jauh-jauh jika ada daging bangkai di dalam sarang. Sebagai hewan, elang
hanya mempunyai naluri dan akal tanpa nurani. Inilah yang membedakan manusia
dan hewan. Waktu berjalan terus, hari berganti hari. Anak-anak elang yang
berbentuk jelek karena tak berbulu, kini mulai menampakkan keasliannya.
Bulu-bulu halus mulai menutupi daging di tubuh masing-masing. Kaki kecil
anak-anak elang sudah mampu berdiri tegak. Walau kedua sayapnya belum tumbuh
sempurna.

Induk elang dan elang jantan, bergantian menjaga sarang. Memastikan tak ada
ular yang mengincar anak-anak elang dan memastikan anak-anak elang tak jatuh
dari sarang yang berada di ketinggian pohon.

Suatu pagi, saat induk elang akan mencari makan dan bergantian dengan elang
jantan menjaga sarang. Salah seekor anak elang bertanya: "Kapankah aku bisa
terbang seperti ayah dan ibu?"

Induk elang dan elang jantan tersenyum, bertukar pandang lalu elang jantan
berkata: "Waktunya akan tiba, anakku. Jadi sebelum waktu itu tiba, makanlah
yang banyak dan pastikan tubuhmu sehat serta kuat". Usai sang elang jantan
berkata, induk elang merentangkan sayapnya lalu mengepakkannya kuat-kuat.

Dalam sekejap, induk elang tampak sudah mulai menjauhi sarang.
Terlihat bagai sebilah papan berawarna coklat melayang di awan. Anak-anak
elang, masuk di bawah sayap elang jantan. Mencari kehangatan kasih sang
jantan.

Waktu berjalan terus, musim telah berganti dari musim dingin ke musim
semi. Seluruh permukaan pulau mulai menampakan warna-warni dedaunan. Bahkan sinar mentari memberi sentuhan warna yang indah.

Anak-anak elang pun sudah semakin besar dan sayapnya mulai ditumbuhi
bulu-bulu kasar. Suatu ketika seekor anak elang berdiri di tepi sarang,
ketika ada angin kencang, kakinya tak kuat mencengkeram tepi sarang sehingga
ia meluncur ke bawah. Induk elang langsung merentangkan sayang dan mendekati
sang anak seraya berkata: "Rentangkan dan kepakkan sayapmu kuat-kuat!"

Tapi rasa takut dan panik menguasai si anak elang, karenanya ia tak mendengar
apa yang dikatakan ibunya. Elang jantan menukik cepat dari jauh dan
membiarkan sayapnya terentang tepat sebelum si anak mendarat di tanah. Sayap
elang jantan menjadi alas pendaratan darurat si anak elang.

Si anak elang yang masih diliputi rasa panik dan takut tak mampu bergerak.
Tubuhnya bergetar hebat. Induk elang, dengan kasih memeluk sang anak.
Menyelipkan di bawah sayapnya dan memberikan kehangatan. Sesudah si anak
tenang dan tak gemetar, induk elang dan elang jantan membawa si anak kembali
ke sarang.

Peristiwa itu menimbulkan rasa trauma pada si anak elang. Jangankan berlatih
terbang dengan merentangkan dan mengepakkan sayap. Berdiri di tepi sarang
saja ia sangat takut. Kedua saudaranya sudah mulai terbang, walau masih dalam jarak
pendek. Hal pertama yang diajarkan induk elang dan elang jantan adalah
berusaha agar tidak mendarat keras di dataran.

Lama berselang setelah melihat kedua saudaranya berlatih, si elang yang
pernah jatuh bertanya pada ibunya:

"Adakah jaminan aku tidak akan jatuh lagi?"

"Selama aku dan ayahmu ada, kamilah jaminanmu!" jawab si induk elang dengan
penuh kasih.

"Tapi aku takut!' ujar si anak

"Kami tahu, karenanya kami tak memaksa." Jawab si induk elang lagi.

"Lalu apa yang harus kulakukan agar aku beraai?" tanya si anak

"Untuk berani, kamu harus menghilangkan rasa takut!"

"Bagaimana caranya?"

"Percayalah pada kami!" Ujar elang jantan yang tiba-tiba sudah berada di
tepi sarang.

Si anak diam dan hanya memandang jauh ke tengah lautan. Tiba-tiba si anak
elang bertanya lagi.

"Menurut ibu dan ayah, apakah aku mampu terbang ke seberang lautan?"

Dengan tenang si elang jantan berkata: "Anakku kalau kau tak pernah
merentangkan dan mengepakkan sayapmu, kami tidak pernah tahu, apakah kamu
mampu atau tidak. Karena yang tahu hanya dirimu sendiri!"

Lalu si induk elang menambahkan: "Mulailah dari sekarang, karena langkah
kecilmu akan menjadi awal perubahan hidupmu. Semua perubahan di mulai dari
langkah awal, anakku!"

Si anak elang diam tertegun, memandang takjub pada induk elang dan elang
jantan. Kini ia sadar, tak ada yang tahu kemampuan dirinya selain dirinya
sendiri. Kedua orang tuanya hanya memberikan jaminan mereka ada dan selalu
ada, jika si anak memerlukan.

Didorong rasa bahagia akan cinta kasih orang tuanya, si elang kecil berjanji
akan berlatih dan mencoba. Ketika akhirnya ia menggantikan elang jantan
menjadi pemimpin keselamatan para penghuni negeri burung, maka tahulah ia,
bahwa kesuksesan yang diraihnya adalah di mulai saat tekad terbangun untuk
melangkah. Sukses itu tak pernah ada kalau hanya sebatas tekad. Tapi tekad
itu harus diwujudkan dengan tindakan nyata walau di mulai dari langkah yang
kecil. Ke-trauma-annya hanya akan mengurungnya dalam belenggu kemanjaan.

Mulailah rentangkan dan kepakkan sayap kemampuanmu, maka dunia ada
digenggamanmu! Dan jangan pernah kau lupakan jasa kedua orang tuamu.

wassalam
Joe Sorjan

Satu Cerita Tentang "Rahasia Umur Sapi, Monyet, Anjing, dan Manusia"...

Di awal zaman, Tuhan menciptakan seekor sapi.

Beliau berkata kepada sang sapi "Hari ini kuciptakan kau! Sebagai
sapi engkau harus pergi ke padang rumput. Kau harus bekerja di bawah
terik matahari sepanjang hari. Kutetapkan umurmu sekitar 50 tahun."
Sang Sapi keberatan "Kehidupanku akan sangat berat selama 50 tahun.
Kiranya 20 tahun cukuplah buatku. Kukembalikan kepadamu yang 30 tahun"
Maka setujulah Tuhan.

Di hari kedua, Tuhan menciptakan monyet. "Hai monyet, hiburlah
manusia. Aku berikan kau umur 20 tahun!" Sang monyet menjawab
"What? Menghibur mereka dan membuat mereka tertawa?
10 tahun cukuplah. Kukembalikan 10 tahun padamu"
Maka setujulah Tuhan.

Di hari ketiga, Tuhan menciptakan anjing. "Apa yang harus kau
lakukan adalah menjaga pintu rumah majikanmu. Setiap orang mendekat
kau
harus menggongongnya. Untuk itu kuberikan hidupmu selama 20 tahun!"
Sang
anjing menolak : "Menjaga pintu sepanjang hari selama 20 tahun ? No
way.! Kukembalikan 10 tahun padamu".
Maka setujulah Tuhan.

Di hari keempat, Tuhan menciptakan manusia. Sabda Tuhan:
"Tugasmu adalah makan, tidur, dan bersenang-senang.
Inilah kehidupan. Kau akan menikmatinya.
Akan kuberikan engkau umur sepanjang 25 tahun!"
Sang manusia keberatan, katanya "Menikmati kehidupan selama 25
tahun?
Itu terlalu pendek Tuhan. Let's make a deal. Karena sapi
mengembalikan 30 tahun usianya, lalu anjing mengembalikan 10 tahun,
dan
monyet
mengembalikan 10 tahun usianya padamu, berikanlah semuanya itu
padaku.
Semua itu akan menambah masa hidupku menjadi 75 tahun.
Setuju ?"
Maka setujulah Tuhan.

AKIBATNYA..............................

Pada 25 tahun pertama kehidupan sebagai manusia dijalankan
(kita makan, tidur dan bersenang-senang)

30 tahun berikutnya menjalankan kehidupan layaknya seekor sapi
(kita harus bekerja keras sepanjang hari untuk menopang keluarga
kita.)

10 tahun kemudian kita menghibur dan membuat cucu kita tertawa
dengan berperan sebagai monyet yang menghibur.
Dan 10 tahun berikutnya kita tinggal dirumah, duduk didepan pintu,
dan menggonggong kepada orang yang lewat


Satu Cerita Tentang "Tahukah Kamu?"...

Tahukah anda kalau orang yang kelihatan begitu tegar hatinya, adalah
orang yang sangat lemah dan butuh pertolongan?

Tahukah anda kalau orang yang menghabiskan waktunya untuk melindungi
orang lain adalah justru orang yang sangat butuh seseorang untuk
melindunginya?

Tahukah anda kalau tiga hal yang paling sulit untuk diungkapkan adalah :

Aku cinta kamu, maaf dan tolong aku

Tahukah anda kalau orang yang suka berpakaian warna merah lebih yakin
kepada dirinya sendiri?

Tahukah anda kalau orang yang suka berpakaian kuning adalah orang yang
menikmati kecantikannya sendiri?

Tahukah anda kalau orang yang suka berpakaian hitam adalah orang yang
ingin tidak diperhatikan dan butuh bantuan dan pengertian anda?

Tahukah anda kalau anda menolong seseorang, pertolongan tersebut
dikembalikan dua kali lipat?

Tahukah anda bahwa lebih mudah mengatakan perasaan anda dalam tulisan
dibandingkan mengatakan kepada seseorang secara langsung? Tapi tahukah
anda bahwa hal tsb akan lebih bernilai saat anda mengatakannya dihadapan
orang tsb?

Tahukah anda kalau anda memohon sesuatu dengan keyakinan, keinginan anda tsb pasti dikabulkan?

Tahukah anda bahwa anda bisa mewujudkan impian anda, spt jatuh cinta,
menjadi kaya, selalu sehat, jika anda memintanya dengan keyakinan, dan
jika anda benar2 tahu, anda akan terkejut dengan apa yang bisa anda
lakukan.

Tapi jangan percaya semua yang saya katakan, sebelum anda mencobanya
sendiri, jika anda tahu seseorang yang benar2 butuh sesuatu yg saya
sebutkan diatas, dan anda tahu anda bisa menolongnya, anda akan melihat
bahwa pertolongan tsb akan dikembalikan dua kali lipat.

Tuesday, February 27, 2007

Satu Cerita Tentang "Pelayan Hotel...."

Beberapa tahun yang lalu, pada malam hujan badai, seorang laki-laki tua dan istrinya masuk ke sebuah lobby hotel kecil di Philadelphia. Mencoba menghindari hujan, pasangan ini mendekati meja resepsionis untuk mendapatkan tempat bermalam.

"Dapatkan anda memberi kami sebuah kamar disini ?" tanya sang suami. Sang pelayan, seorang laki-laki ramah dengan tersenyum memandang kepada pasangan itu dan menjelaskan bahwa ada tiga konvensi besar di kota itu. "Semua kamar kami telah penuh," pelayan berkata. "Tapi saya tidak dapat mengirim pasangan yang baik seperti anda keluar kehujanan pada pukul satu dini hari. Mungkin anda mau tidur di ruangan milik saya ? Tidak terlalu bagus, tapi cukup untuk membuat anda tidur dengan nyaman malam ini."

Ketika pasangan ini ragu-ragu, pelayan muda ini membujuk. "Jangan khawatir tentang saya. Saya akan baik-baik saja," kata sang pelayan.

Akhirnya pasangan ini setuju. Ketika pagi hari saat tagihan dibayar, laki-laki tua itu berkata kepada sang pelayan, "Anda seperti seorang manager yang baik yang seharusnya menjadi pemilik hotel terbaik di Amerika. Mungkin suatu hari saya akan membangun sebuah hotel untuk anda." Sang pelayan melihat mereka dan tersenyum. Mereka bertiga tertawa.

Saat pasangan ini dalam perjalanan pergi, pasangan tua ini setuju bahwa pelayan yang sangat membantu ini sungguh suatu yang langka, menemukan sesesorang yang ramah, bersahabat dan penolong bukanlah satu hal yang mudah.

Dua tahun berlalu. Sang pelayan hampir melupakan kejadian itu ketika ia menerima surat dari laki-laki tua tersebut. Surat tersebut mengingatkannya pada malam hujan badai dan disertai dengan tiket pulang-pergi ke New York, meminta laki-laki muda ini datang mengunjungi pasangan tua tersebut.

Laki-laki tua ini bertemu dengannya di New York, dan membawa dia ke sudut Fifth Avenue and 34th Street. Dia menunjuk sebuah gedung baru yang megah disana, sebuah istana dengan batu kemerahan, dengan menara yang menjulang ke langit.

"Itu," kata laki-laki tua, "adalah hotel yang baru saja saya bangun untuk engkau kelola". "Anda pasti sedang bergurau," jawab laki-laki muda itu. "Saya jamin, saya tidak," kata laki-laki tua itu, dengan tersenyum lebar.

Nama laki-laki tua itu adalah William Waldorf Astor, dan struktur bagunan megah tersebut adalah bentuk asli dari Waldorf-Astoria Hotel. Laki-laki muda yang kemudian menjadi manager pertama adalah George C. Boldt.

Pelayan muda ini tidak akan pernah melupakan kejadian yang membawa dia untuk menjadi manager dari salah satu jaringan hotel paling bergengsi di dunia.

Pelajarannya adalah ... perlakukanlah semua orang dengan kasih, kemurahan dan hormat dan tanpa pamrih, maka anda tidak akan gagal.

Satu Cerita Tentang "Orang Brengsek yg Jadi Guru Sejati...."

Entah apa dan di mana menariknya, Bank Indonesia amat senang mengundang saya untuk menyampaikan presentasi dengan judul Dealing With Difficult People.
Yang jelas, ada ratusan staf bank sentral ini yang demikian tertarik dan tekunnya mendengar ocehan saya. Motifnya, apa lagi kalau bukan dengan niat untuk sesegera mungkin jauh dan bebas dari manusia-manusia sulit seperti keras kepala, suka menghina, menang sendiri, tidak mau kerja sama dll.

Di awal presentasi, hampir semua orang bernafsu sekali untuk membuat manusia sulit jadi baik. Dalam satu hal jelas, mereka yang datang menemui saya menganggap dirinya bukan manusia sulit, dan orang lain di luar sana sebagian adalah manusia sulit.

Namun, begitu mereka saya minta berdiskusi di antara mereka sendiri untuk memecahkan persoalan kontroversial, tidak sedikit yang memamerkan perilaku-perilaku manusia sulit. Bila saya tunjukkan perilaku mereka - seperti keras kepala, menang sendiri, dll ?
Dan kemudian saya tanya apakah itu termasuk perilaku manusia sulit, sebagian dari mereka hanya tersenyum kecut.

Bertolak dari sinilah, maka sering saya menganjurkan untuk membersihkan kaca mata terlebih dahulu, sebelum melihat orang lain.
Dalam banyak kasus, karena kita tidak sadar dengan kotornya kaca mata maka orangpun kelihatan kotor. Dengan kata lain, sebelum menyebut orang lain sulit, yakinlah kalau
bukan Anda sendiri yang sulit. Karena Anda amat keras kepala, maka orang berbeda pendapat sedikitpun jadi sulit.
Karena Anda amat mudah tersinggung, maka orang yang tersenyum sedikit saja sudah membuat Anda jadi kesal.

Nah, pembicaraan mengenai manusia sulit hanya boleh dibicarakan dalam keadaan kaca mata bersih dan bening. Setelah itu, saya ingin mengajak Anda masuk ke dalam sebuah pemahaman tentang manusia sulit.

Dengan meyakini bahwa setiap orang yang kita temui dalam hidup adalah guru kehidupan, maka guru terbaik kita sebenarnya adalah manusia-manusia super sulit. Terutama karena beberapa alasan.

Pertama, manusia super sulit sedang mengajari kita dengan menunjukkan betapa menjengkelkannya mereka. Bayangkan, ketika orang-orang ramai menyatukan pendapat, ia mau menang sendiri.Tatkala orang belajar melihat dari segi positif, ia malah mencaci dan menghina orang lain.
Semakin sering kita bertemu orang-orang seperti ini, sebenarnya kita sedang semakin diingatkan untuk tidak berperilaku sejelek dan sebrengsek itu.

Saya berterimakasih sekali ke puteri Ibu kost saya yang amat kasar dan suka menghina dulu. Sebab, dari sana saya pernah berjanji untuk tidak mengizinkan putera-puteri saya sekasar dia kelak.

Sekarang, bayangan tentang anak kecil yang kasar dan suka menghina, menjadi inspirasi yang amat membantu pendidikan anak-anak di rumah. Sebab, saya pernah merasakan sendiri betapa sakit hati dan tidak enaknya dihina anak kecil.

Kedua, manusia super sulit adalah sparring partner dalam membuat kita jadi orang sabar. Sebagaimana sering saya ceritakan, badan dan jiwa ini seperti karet. Pertama ditarik melawan,namun begitu sering ditarik maka ia akan longgar juga. Dengan demikian, semakin sering kita dibuat panas kepala, mengurut-urut dada, atau menarik nafas panjang oleh manusia super sulit, itu berarti kita sedang menarik karet ini (baca : tubuh dan jiwa ini) menjadi lebih longgar (sabar). Saya pernah mengajar sekumpulan anak-anak muda yang tidak saja amat pintar, namun juga amat rajin mengkritik. Setiap di depan kelas saya diuji, dimaki bahkan kadang dihujat. Awalnya memang membuat tubuh ini susah tidur. Tetapi lama kelamaan, tubuh ini jadi kebal.

Seorang anggota keluarga yang mengenal latar belakang masa kecil saya, pernah heran dengan cara saya menangani hujatan-hujatan orang lain. Dan gurunya ya itu tadi, manusia-manusia pintar tukang hujat di atas.

Ketiga, manusia super sulit sering mendidik kita jadi pemimpin jempolan. Semakin sering dan semakin banyak kita memimpin dan dipimpin manusia sulit, ia akan menjadi Universitas Kesulitan yang mengagumkan daya kontribusinya.

Saya tidak mengecilkan peran sekolah bisnis, tetapi pengalaman memimpin dan dipimpin oleh manusia sulit, sudah terbukti membuat banyak sekali orang menjadi pemimpin jempolan. Rekan saya menjadi jauh lebih asertif setelah dipimpin lama oleh purnawirawan jendral yang amat keras dan diktator.

Keempat, disadari maupun tidak manusia sulit sedang memproduksi kita menjadi orang dewasa. Lihat saja, berhadapan dengan tukang hina tentu saja kita memaksa diri untuk tidak menghina balik. Bertemu dengan orang yang berhobi menjelekkan orang lain tentu membuat kita berefleksi, betapa tidak enaknya dihina orang lain.

Kelima, dengan sedikit rasa dendam yang positif, manusia super sulit sebenarnya sedang membuat kita jadi hebat. Dimasa kecil,saya termasuk orang yang dibesarkan oleh penghina-penghina saya. Sebab, hinaan mereka membuat saya lari kencang dalam belajar dan berusaha. Dan kemudian, kalau ada kesempatan saya bantu orang-orang yang menghina tadi. Dan betapa besar dan hebatnya diri ini rasanya, kalau berhasil membantu orang yangtadinya menghina kita.

Terakhir dan yang paling penting, manusia super sulit sebenarnya menunjukkan jalan ke surga, serta mendoakan kita masuk surga. Pasalnya, kalau kita berhasil membalas hinaan dengan senyuman, batu dengan bunga, bau busuk dengan bau harum, bukankah kemungkinan masuk surga menjadi lebih tinggi ?.

Satu Cerita Tentang "Janji...."

JANJI

Istriku berkata kepada aku yang sedang baca Koran, "berapa lama lagi kamu baca Koran itu? Tolong kamu ke sini Dan Bantu anak perempuanmu tersayang untuk makan."

Aku taruh Koran Dan melihat anak perempuanku satu2nya,namanya Sindu tampak ketakutan air matanya mengalir. Di depannya Ada semangkuk nasi berisi nasi susu asam/yogurt (nasi khas India /curd rice). Sindu anak yang manis Dan termasuk pintar dalam usianya yang baru 8 tahun dia sangat tidak suka makan curd rice ini. Ibu Dan istriku masih kuno mereka percaya sekali kalau makan curd rice Ada "cooling effect".

Aku mengambil mangkok Dan berkata, "Sindu sayang, demi ayah, maukah kamu makan beberapa sendok curd rice ini? Kalau tidak, nanti ibumu akan teriak2 sama ayah."

Aku bisa merasakan istriku cemberut dibelakang punggungku. Tangis Sindu mereda Dan IA menghapus air Mata dengan tangannya Dan berkata, "boleh ayah akan aku makan curd rice ini tidak hanya beberapa sendok, tapi semuanya akan aku habiskan, tapi aku akan minta..." agak ragu2 sejenak... "...akan minta sesuatu sama ayah bila habis semua nasinya. Apakah ayah mau berjanji memenuhi permintaan Ku?"

Aku menjawab, "Oh pasti sayang".
Sindu tanya sekali lagi, "betul ayah?"
"Yah pasti.." sambil menggenggam tangan anakku yang kemerah mudaan Dan lembut sebagai tanda setuju.
Sindu juga mendesak ibunya untuk janji hal yang sama,istriku menepuk tangan Sindu yang merengek sambil berkata tanpa emosi, "janji" kata istriku. Aku sedikit khawatir Dan berkata: "Sindu jangan minta komputer atau barang2 lain yang Mahal yah, karena ayah saat ini tidak punya uang." Sindu menjawab, "jangan khawatir, Sindu tidak minta barang2 Mahal kok."

Kemudian Sindu dengan perlahan-lahan Dan kelihatannya sangat menderita dia bertekad menghabiskan semua nasi susu asam itu. Dalam hatiku aku marah sama istri Dan ibuku yang memaksa Sindu untuk makan sesuatu yang tidak disukainya. Setelah Sindu melewati penderitaannya dia mendekatiku dengan Mata penuh harap Dan semua perhatian (aku ,istriku Dan juga ibuku) tertuju kepadanya.

Ternyata Sindu mau kepalanya digundulin pada Hari Minggu.
Istriku spontan berkata, "permintaan Gila, anak perempuan dibotakin,tidak mungkin!" Juga ibuku menggerutu jangan terjadi dalam keluarga Kita, dia terlalu banyak nonton TV. Dan program2 TV itu sudah merusak kebudayaan Kita. Aku coba membujuk: "Sindu kenapa kamu tidak minta hal yang lain kami semua akan sedih melihatmu botak." Tapi Sindu tetap dengan pilihannya, "tidak Ada 'yah, tak Ada keinginan lain," kata Sindu.

Aku coba memohon kepada Sindu, "tolonglah kenapa kamu tidak mencoba untuk mengerti perasaan kami."
Sindu dengan menangis berkata, "ayah sudah melihat bagaimana menderitanya aku menghabiskan nasi susu asam itu Dan ayah sudah berjanji untuk memenuhi permintaan aku kenapa ayah sekarang mau menarik perkataan Ayah sendiri? Bukankah Ayah sudah mengajarkan pelajaran moral, bahwa Kita harus memenuhi janji Kita terhadap seseorang apapun yang terjadi seperti Raja Harishchandra (raja India jaman dahulu kala ) untuk memenuhi janjinya raja real memberikan tahta, kekuasaannya, bahkan nyawa anaknya sendiri."

Sekarang aku memutuskan untuk memenuhi permintaan anakku, "janji Kita harus ditepati." Secara serentak istri Dan ibuku berkata, "apakah aku sudah Gila?"

"Tidak," jawabku, "kalau Kita menjilat ludah sendiri, dia tidak akan pernah belajar bagaimana menghargai dirinya sendiri."
"Sindu permintaanmu akan kami penuhi."

Dengan kepala botak, wajah Sindu nampak bundar Dan matanya besar Dan bagus. Hari Senin aku mengantarnya ke sekolah, sekilas aku melihat Sindu botak berjalan ke kelasnya Dan melambaikan tangan kepadaku sambil tersenyum aku membalas lambaian tangannya. Tiba2 seorang anak laki2 keluar dari Mobil sambil berteriak, "Sindu tolong tunggu saya." yang mengejutkanku ternyata kepala anak laki2 itu botak aku berpikir mungkin "botak" model jaman sekarang.

Tanpa memperkenalkan dirinya seorang wanita keluar dari Mobil Dan berkata, "anak anda,Sindu benar2 hebat. Anak laki2 yang jalan bersama-sama dia sekarang, Harish adalah anak saya, dia menderita kanker leukemia." Wanita itu berhenti berkata-kata, sejenak aku melihat air matanya mulai meleleh dipipinya " bulan lalu Harish tidak masuk sekolah,karena chemo therapy kepalanya menjadi botak jadi dia tidak mau pergi kesekolah takut diejek oleh teman2 sekelasnya. Nah, Minggu lalu Sindu datang ke rumah Dan berjanji kepada anak saya untuk mengatasi ejekan yang mungkin terjadi.

Hanya saya betul2 tidak menyangka kalau Sindu mau mengorbankan rambutnya yang indah untuk anakku Harish. Tuan Dan istri tuan sungguh diberkati Tuhan mempunyai anak perempuan yang berhati mulia."

Aku berdiri terpaku Dan tidak terasa air mataku meleleh. Malaikat kecilku tolong ajarkanku tentang arti sebuah kasih.

Sumber: Unknown (Tidak Diketahui)

Satu Cerita Tentang "Pencarian...."

Syahdan, ketika Tuhan akan mengirim jiwa dan menjelmakannya sebagai manusia di
dunia, Dia berujar :

"Wahai Jiwa. Engkau akan mendapatkan tubuh. Engkau mungkin menyukainya, mungkin juga tidak. Tetapi ia akan jadi milikmu selama di dunia.

Engkau akan belajar berbagai mata pelajaran. Aku telah masukkan engkau ke sekolah informasi full-time yang benama : Kehidupan. Setiap hari, engkau akan memperoleh kesempatan untuk belajar berbagai hal. Engkau mungkin menyukai hal-hal tersebut, atau menganggapnya tak relevan bahkan konyol.

Tidak ada 'kesalahan', semua hanya pelajaran. Eksperimen yang gagal adalah bagian dari proses belajar, termasuk juga eksperimen yang berhasil.

Suatu pelajaran akan diulang terus sampai engkau menguasainya. Pelajaran tersebut akan disampaikan dengan berbagai cara, berbagai kesempatan sampai engkau berhasil memahaminya. Kemudian pelajaran baru diberikan kepadamu.

Ingatlah, masa belajar tak pernah berakhir, sampai engkau menutup mata.

"Disana" tidak lebih baik daripada "disini". Ketika engkau berhasil membuat 'disana' menjadi 'disini', engkau akan segera menemukan 'disana' yang lain yang, lagi-lagi, lebih baik daripada 'disini'

Orang-orang disekitarmu hanyalah cermin dirimu sendiri. Engkau tak bisa mencintai atau membenci sesuatu tentang orang lain, karena itu hanyalah refleksi dari apa yang engkau cinta atau yang engkau benci TENTANG dirimu.

Apa yang engkau perbuat dalam hidupmu adalah terserah kepadamu. Engkau mempunyai
segala peralatan dan sumber daya yang engkau butuhkan. Apa yang kau lakukan dengan peralatan & sumber daya itu juga terserah kepadamu. Itu PILIHANMU.

Kalau engkau mencari jawaban, jawaban ada di dalam dirimu. Jawaban segala pertanyaan tentang kehidupan telah Aku simpan di dalam dirimu, yang engkau perlu lakukan adalah mendengar, melihat dan percaya"

Engkau akan melupakan pembicaraan Kita ini."

Maka, ketika manusia lahir ke dunia, ia menghabiskan sepanjang umurnya untuk mengingat-ingat pembicaraan itu. Manusia mencari mengapa ia hadir di dunia, berusaha menjawab pertanyaan "Who am I" Mencari ke seluruh pelosok, sampai akhirnya ia mulai mencari ke dalam dirinya sendiri.

Joe Sorjan
~Mencari Kesejatian~

Monday, February 26, 2007

Satu Cerita Tentang "A-Z."

A – Z

Personal Winning Alphabet.

Menurut pakarnya, manusia sukses tidak cuma dari IQ saja. Peran EQ (Emotional Intelligence) pada
kesuksesan bahkan melebihi porsi IQ. Seorang pakar EQ bernama Patricia Patton memberikan tips
bagaimana kita menemukan dan memupuk harga diri, yang disebutnya alfabet keberhasilan pribadi.

Yuk kita lihat apa maksudnya :

A : Accept.
Terimalah diri anda sebagaimana adanya.

B : Believe.
Percayalah terhadap kemampuan anda untuk meraih apa yang anda inginkan dalam hidup.

C : Care.
Pedulilah pada kemampuan anda meraih apa yang anda inginkan dalam hidup.

D : Direct.
Arahkan pikiran pada hal-hal positif yang meningkatkan kepercayaan diri.

E : Earn.
Terimalah penghargaan yang diberi orang lain dengan tetap berusaha menjadi yang terbaik.

F : Face.
Hadapi masalah dengan benar dan yakin.

G : Go.
Berangkatlah dari kebenaran.

H : Homework.
Pekerjaan rumah adalah langkah penting untuk pengumpulan informasi.

I : Ignore.
Abaikan celaan orang yang menghalangi jalan anda mencapai tujuan.

J : Jealously.
Rasa iri dapat membuat anda tidak menghargai kelebihan anda sendiri.

K : Keep.
Terus berusaha walaupun beberapa kali gagal.

L : Learn.
Belajar dari kesalahan dan berusaha untuk tidak mengulanginya.

M : Mind.
Perhatikan urusan sendiri dan tidak menyebar gosip tentang orang lain.


N : Never.
Jangan terlibat skandal seks, obat terlarang, dan alkohol.

O : Observe.
Amatilah segala hal di sekeliling anda. Perhatikan, dengarkan, dan belajar dari orang lain.

P : Patience.
Sabar adalah kekuatan tak ternilai yang membuat anda terus berusaha.

Q : Question.
Pertanyaan perlu untuk mencari jawaban yang benar dan menambah ilmu.

R : Respect.
Hargai diri sendiri dan juga orang lain.

S : Self confidence, self esteem, self respect.
Percaya diri, harga diri, citra diri, penghormatan diri akan membebaskan kita dari saat-saat tegang.

T : Take.
Bertanggung jawab pada setiap tindakan anda.

U : Understand.
Pahami bahwa hidup itu naik turun, namun tak ada yang dapat mengalahkan anda.

V : Value.
Nilai diri sendiri dan orang lain, berusahalah melakukan yang terbaik.

W : Work.
Bekerja dengan giat, jangan lupa berdoa.

X : X'tra.
Usaha lebih keras membawa keberhasilan.

Y : You.
Anda dapat membuat suatu yang berbeda.

Z : Zero.
Usaha nol membawa hasil nol pula.

Satu Cerita Tentang "Mengapa?"

Suatu hari Dwi bertanya pada Joe tentang cinta dan harapan.

Dwi berkata ingin menjadi bunga terindah di dunia dan Joe berkata ingin menjadi matahari.

Dwi tidak mengerti kenapa Joe ingin jadi matahari, bukan kupu kupu atau kumbang yang bisa terus menemani bunga.

Dwi berkata ingin menjadi rembulan dan Joe berkata ingin tetap menjadi matahari. Dwi semakin bingung karena matahari dan bulan tidak bisa bertemu, tetapi Joe ingin tetap jadi matahari.

Dwi berkata ingin menjadi Phoenix yang bisa terbang ke langit jauh di atas matahari dan Joe berkata ia akan selalu menjadi matahari.

Dwi tersenyum pahit dan kecewa. Dwi sudah berubah tiga kali, namun Joe tetap keras kepala ingin jadi matahari tanpa mau ikut berubah bersama Dwi. Maka Dwi-pun pergi dan tak pernah lagi kembali tanpa pernah mencari tahu alasan kenapa Joe tetap ingin menjadi matahari, mengapa Joe tak mengubah keinginannya seperti saat ia mengubah keinginannya itu.

Joe merenung sendiri dan menatap matahari.

Saat Dwi jadi bunga, Joe ingin menjadi matahari agar bunga dapat terus hidup. Matahari akan memberikan semua sinarnya untuk bunga agar ia tumbuh, berkembang dan terus hidup sebagai bunga yang cantik. Walau matahari tahu ia hanya dapat memandang dari jauh dan pada akhirnya kupu kupu yang akan menari bersama bunga. Ini disebut kasih yaitu memberi tanpa pamrih.

Saat Dwi jadi bulan, Joe tetap menjadi matahari agar bulan dapat terus bersinar indah dan dikagumi.

Cahaya bulan yang indah hanyalah pantulan cahaya matahari, tetapi saat semua makhluk mengagumi bulan siapakah yang ingat kepada matahari. Matahari rela memberikan cahaya nya untuk bulan walaupun ia sendiri tidak bisa menikmati cahaya bulan, dilupakan jasanya dan kehilangan kemuliaannya sebagai pemberi cahaya agar bulan mendapatkan kemuliaan tersebut. Ini disebut dengan Pengorbanan, menyakitkan namun sangat layak untuk cinta.

Saat Dwi jadi Phoenix yang dapat terbang tinggi jauh ke langit bahkan di atas matahari, Joe tetap selalu jadi matahari agar Phoenix bebas untuk pergi kapan pun ia mau dan matahari tidak akan mencegahnya.

Matahari rela melepaskan phoenix untuk pergi jauh, namun matahari akan selalu menyimpan cinta yang membara di dalam hatinya hanya untuk phoenix.

Matahari selalu ada untuk Phoenix kapan pun ia mau kembali walau phoenix tidak selalu ada untuk matahari. Tidak akan ada makhluk lain selain Phoenix yang bisa masuk ke dalam matahari dan mendapatkan cinta nya. Ini disebut dengan Kesetiaan, walaupun ditinggal pergi dan dikhianati namun tetap menanti dan mau memaafkan.

Satu Cerita "Standard VS Sejati"

Kekasih standard selalu ingat senyum di wajahmu
Kekasih sejati juga mengingat wajahmu waktu sedih

Kekasih standard akan membawamu makan makanan yang enak-enak
Kekasih sejati akan mempersiapkan makanan yang kamu suka

Kekasih standard setiap detik selalu menunggu telpon dari kamu
Kekasih sejati setiap detik selalu teringat ingin menelponmu

Kekasih standart selalu mendoakan mu kebahagiaan
Kekasih sejati selalu berusaha memberimu kebahagiaan

Kekasih standard mengharapkan kamu berubah demi dia
Kekasih sejati mengharapkan dia bisa berubah untuk kamu

Kekasih standard paling sebal kamu menelpon waktu dia tidur
Kekasih sejati akan menanyakan kenapa sekarang kamu baru telpon?

Kekasih standard akan mencarimu untuk membahas kesulitanmu
Kekasih sejati akan mencarimu untuk memecahkan kesulitanmu

Kekasih standard selalu bertanya mengapa kamu selalu membuatnya sedih?
Kekasih sejati akan selalu mananyakan diri sendiri mengapa membuat kamu sedih?

Kekasih standard selalu memikirkan penyebab perpisahan
Kekasih sejati memecahkan penyebab perpisahan

Kekasih standard bisa melihat semua yang telah dia korbankan untukmu
Kekasih sejati bisa melihat semua yang telah kamu korbankan untuknya

Kekasih standard berpikir bahwa pertengkaran adalah akhir dari segalanya
Kekasih sejati berpikir, jika tidak pernah bertengkar tidak bisa disebut cinta sejati

Kekasih standard selalu ingin kamu disampingnya menemaninya selamanya
Kekasih sejati selalu berharap selamanya bisa disampingmu menemanimu

Satu Cerita untuk "Mencintai Dgn Sempurna"


Ketika kita bertemu orang yang tepat untuk dicintai, Ketika kita
berada di tempat pada saat yang tepat, Itulah kesempatan. Ketika kita
bertemu dengan seseorang yang membuatmu tertarik, Itu bukan pilihan,
itu kesempatan. Bertemu dalam suatu peristiwa bukanlah pilihan,
Itupun adaah kesempatan.

Bila kita memutuskan untuk mencintai orang tersebut, Bahkan dengan
segala kekurangannya, Itu bukan kesempatan, itu adalah pilihan.
Ketika kita memilih bersama dengan seseorang walaupun apapun yang
terjadi, Itu adalah pilihan. Bahkan ketika kita menyadari bahwa masih
banyak orang lain Yang lebih menarik, lebih pandai, lebih kaya
daripada pasanganmu Dan tetap memilih untuk mencintainya, Itulah
pilihan.

Perasaan cinta, simpatik, tertarik, Datang bagai kesempatan pada
kita. Tetapi cinta sejati yang abadi adalah pilihan. Pilihan yang
kita lakukan. Berbicara tentang pasangan jiwa, Ada suatu kutipan dari
film yang Mungkin sangat tepat : "Nasib membawa kita bersama, tetapi
tetap bergantung pada kita bagaimana membuat semuanya berhasil"
Pasangan jiwa bisa benar-benar ada. Dan bahkan sangat mungkin ada
seseorang Yang diciptakan hanya untukmu. Tetapi tetap berpulang
padamu Untuk melakukan pilihan apakah engkau ingin Melakukan sesuatu
untuk mendapatkannya, atau tidak... Kita mungkin kebetulan bertemu
pasangan jiwa kita, Tetapi mencintai dan tetap bersama pasangan jiwa
kita, Adalah pilihan yang harus kita lakukan. Kita ada di dunia bukan
untuk mencari seseorang yang sempurna untuk dicintai TETAPI untuk
belajar mencintai orang yang tidak sempurna dengan cara yang sempurna

Wassalam
~Joe Sorjan~
Rumput Liar

Satu Cerita untuk "Berterima Kasih"

BERTERIMA KASIHLAH

Ber-terima kasihlah
Terima kasihlah kepada orang yang telah mencelakai Anda,
karena dia telah melatih kegigihan hati Anda.

Terima kasihlah kepada orang yang telah menipu Anda,
karena dia telah menambah pengalaman dan wawasan Anda.

Terima kasihlah kepada orang yang telah mencambuk Anda,
karena dia telah membuat Anda berlari sangat kencang, melebihi kecepatan normal Anda.

Terima kasihlah kepada orang yang telah meninggalkan/mencampakkan Anda,
karena dia telah mendidik Anda untuk mandiri dan bersabar .

Terima kasihlah kepada orang yang telah menjatuhkan Anda,
karena dia telah menguatkan kemampuan Anda.

Terima kasihlah kepada orang yang telah memarahi Anda,
karena dia telah membantu menumbuhkan ketenangan dan kebijaksanaan Anda.

Terima kasihlah kepada semua orang yang telah membuat Anda kuat, kokoh dan berhasil.

Terima kasihlah pada Tuhan Yang Membuat Semuanya Terjadi pada Anda .....
Yang Terbaik untuk Anda
Yang membuat Anda dapat lebih bijaksana

wassalam
Joe Sorjan
~Seperti Matahari~

Satu Cerita tentang "Belenggu Stupid Disease"

Belenggu Stupid Disease
By Edy Zaqeus, editor Pembelajar.com

Di luar dugaan, kebanyakan orang-orang yang merasa dirinya pintar dan berpendidikan, ternyata justru paling sering menderita stupid disease.

Apa itu stupid disease alias penyakit goblok? Stupid disease didefinisikan sebagai ketidakberdayaan intelektual dan emosional untuk merespon permasalahan dengan semestinya, sehingga seseorang yang mengidap stupid disease cenderung gagal mengambil keputusan yang tepat dan cenderung melakukan kesalahan yang sama berulang-ulang.

Penyakit goblok juga didefinisikan sebagai suatu kondisi di mana rasionalitas maupun emosi sebegitu dominannya, sehingga pola respon terhadap masalah yang mengejawantah sering kurang efektif, bahkan kontraproduktif. Nah, apa tanda-tanda yang bisa menunjukkan bahwa seseorang sedang menderita penyakit goblok? Berikut adalah indikasinya.

1. Sadar Bermasalah
Orang bisa menghadapi berbagai macam keterbatasan atau kesulitan, hanya karena ia tidak menyadari bahwa dirinya sedang terbelit oleh persoalan tertentu. Karena merasa tidak ada masalah, maka ia menganggap segalanya akan berlangsung beres-beres saja. Jadi, kesukaran timbul karena memang yang bersangkutan tidak ngeh bahwa masalah sedang terjadi. Ini berbeda dari orang yang kena penyakit goblok. Orang seperti ini biasanya cukup memiliki kesadaran bahwa ia memang sedang terbelit oleh sebuah masalah. Kadang masalahnya masih kabur, kadang sudah begitu jelas. Yang menarik, tak jarang terjadi bahwa orang ini ngeh ada masalah, namun secara sadar ia berusaha mengingkarinya. Dengan bersikap seperti itu, ia berharap masalah bisa hilang dengan sendirinya.

2. Masalahnya Jelas
Orang bijak bilang, “Jika Anda bisa mendefinisikan suatu masalah, maka separuh jawabannya sudah tersedia”. Konon demikianlah yang memang umumnya berlaku. Namun berbeda sekali halnya dengan situasi pada orang yang terjangkit penyakit goblok. Kata-kata bijak tersebut tidak serta merta berlaku. Orang-orang yang secara intelektual tidak diragukan kemampuannya ini, jelas tidaklah terlalu sulit memastikan apa masalah riil yang dihadapinya. Sungguh menarik bahwa ia bisa mendefinisikan masalahnya, mengetahui kira-kira apa faktor penyebabnya, bahkan kadang bisa memilah-milah faktor-faktor lain yang ikut mempengaruhinya. Secara pasti orang ini sadar dirinya bermasalah. Namun yang terjangkit penyakit ini adalah orang yang cenderung mengingkari realitas. Ia lebih yakin dengan “keadaan yang seharusnya terjadi” menurut keinginannya. Maka, sekalipun dia mampu memerinci permasalahannya, separuh jawaban yang tersedia dalam setiap persoalan itu seolah raib. Ada hal-hal non-rasional yang mengaburkan mata intelektualitasnya, sehingga di matanya tak pernah ada solusi yang bisa membuatnya sreg.

3. Emosi Kuat
Ciri khas lainnya adalah keterlibatan unsur emosi yang sangat kuat dalam pola pandang. Sayangnya, emosi yang terlibat bukanlah jenis emosi yang bisa membantu melihat suatu persoalan dengan lebih bijak, matang, dan dewasa. Para ahli mengakui peran emotional quotient (EQ) atau kecerdasan emosi dalam mendorong kesuksesan seseorang. Dorongan-dorongan emosional secara positif bisa membentuk suatu kematangan emosi dan ketajaman naluri sehingga menghasilkan pilihan-pilihan yang kreatif, cerdas, inovatif dan penuh vitalitas. Keberadaan EQ dalam hal ini melengkapi atau mengisi kekosongan di ruang-ruang kecerdasan intelektual (IQ). Namun kuatnya unsur emosi dalam virus penyakit goblok mengakibatkan melemahnya kemampuan intelektual si penderita, sehingga ia gagal berpikir secara jernih.

4. Jalan Buntu
Akibat hilangnya kemampuan memandang persoalan secara jernih dan bijaksana, maka tak heran jika penderita penyakit goblok sulit menemukan solusi yang tepat. Sesungguhnya jika dipaksa menuliskan permasalahannya dan mereka-reka solusinya secara simulatif (di atas kertas), si penderita akan dengan mudah menunjukkan kadar kecerdasannya. Ia pun bisa mendapatkan saran-saran dari orang-orang terdekat — bahkan dari ahli-ahli yang berkompeten — yang secara obyektif berpeluang membantunya mengatasi persoalan. Namun jika tiba waktunya untuk mengambil keputusan dan aksi kongkrit, mulailah ia melihat banyak kekurangan dari setiap solusi. Orang luar akan dengan mudah melihat bagaimana sosok yang pintar ini, mendadak berubah jadi orang yang takut mencoba, takut mengambil risiko atau takut menghadapi hal-hal baru. Ia menghadapi jalan buntu, bersifat pasif, tidak mau keluar dari daerah aman atau memilih menanggung risiko seperti yang pernah dialami sebelumnya.

5. Rela Menderita
Satu akibat serius dari penderita penyakit goblok adalah kesediaannya untuk merasakan penderitaan atau tekanan-tekanan psikologis, sebagai konsekuensi dari sikapnya untuk pasif menunggu, tidak berani mengambil keputusan, atau menyerahkan persoalan pada sang waktu. Karena siksa psikologis tersebut terjadi akibat hasil pilihan sikap secara sadar, penderita penyakit goblok sering bisa “menikmati” penderitaannya. Artinya, ia rela menderita dan menganggap kondisi itu sudah merupakan risiko pilihannya. Tak mengherankan, penderita penyakit goblok ini lumayan tahan banting. Sekalipun ada pilihan penyelesaian masalah, saran-saran atau usulan-usulan yang sangat baik, namun bila hal-hal tersebut belum bisa menyentuh kembali kesadarannya, penderita lebih suka menghindarinya. Orang seperti ini bisa terlihat sangat logis dan rasional dalam mempertahankan keyakinannya yang keliru. Dan ia benar-benar bisa memilih menderita daripada meninggalkan keyakinannya. Pihak luar sering tidak sabar dengan kenaifannya dan sering mengganggapnya sebagai orang yang berlaku konyol atau bodoh.

6. Kebodohan Berulang
Indikasi yang paling jelas dari penderita penyakit goblok adalah kecenderungannnya untuk melakukan kekeliruan yang sama berulang-ulang. Ia bisa jatuh sakit secara fisik, merasa sakit secara psikologis, penuh keraguan, kekhawatiran, ketakutan dan bingung harus melakukan apa. Ketika terbit niatan untuk menyelesaikan masalah, begitu mudahnya ia mentok. Saat niatan sudah lebih sungguh-sungguh, anehnya ia menjadi rentan dan begitu mudah tertarik ke situasi gamang seperti sebelumnya. Saat ia berani mengambil keputusan dan melakukan tindakan konkrit, ia jadi mudah menyerah. Justru pada tahap seperti inilah akibat-akibat terparah dari penyakit goblok baru disadari. Ia selalu kembali ke titik nol dan merasa tak pernah berhasil mencapai kemajuan berarti.

7. Titik Kesadaran
Satu hal menarik yang bisa dilihat dari penderita penyakit goblok adalah adanya titik-titik kesadaran kecil dalam riak-riak permasalahannya. Orang lain bisa dengan mudah melihat orang ini punya kesadaran yang cukup untuk memahami persoalan lebih proporsional dan menerima realitas. Ini merupakan bekal vital bagi upaya penyelesaiannya. Hanya saja, titik-titik kesadaran kecil ini begitu rapuhnya, sehingga lebih sering tertelan oleh efek destruktif penyakit goblok yang makin akut. Jika penyakit ini menyerang dalam jangka waktu cukup lama, maka titik-titik kesadaran seperti ini akan timbul dan tenggelam. Nah, bila si penderita sendiri atau orang-orang di sekitarnya yang bersimpati gagal menangkap sinyal ini, atau kemudian tidak menggunakannya sebagai titik awal upaya penyadaran secara menyeluruh, bisa dipastikan penderitanya akan jatuh dan jatuh lagi. Si penderita baru saja memasuki lingkaran setan yang tak bertepi.

Menjinakkan Stupid Disease
Perlu diingat, seseorang bisa dikategorikan sebagai menderita penyakit goblok jika dirinya mulai sadar bahwa situasi yang membelenggunya saat itu harus segera dihentikan, dan pada tingkat tertentu ia telah berusaha keras dalam mengatasi keadaannya. Selama seseorang masih bisa menikmati atau mentolerir penderitaan dan kerugian akibat keputusannya sendiri, dan ia tidak sungguh-sungguh bertindak supaya lepas dari situasi itu, ia bukan penderita penyakit goblok.

Seperti disinggung di atas, penderita stupid disease umumnya adalah mereka yang memiliki kecerdasan dan kesadaran yang lumayan. Nah, kecerdasan dan kesadaran itu mirip dengan zat antibodi dalam tubuh kita yang mampu menangkal penyakit atau menyembuhkan diri sendiri. Persoalannya tinggal bagaimana mengupayakan supaya kesadaran itu bisa terus terjaga, sampai yang bersangkutan bisa mengambil keputusan-keputusan yang tidak lagi merugikan dirinya sendiri. Sesungguhnya, setiap penderita penyakit goblok perlu bantuan psikolog atau psikiater. Tetapi bila itu tidak menjadi pilihan, sejumlah langkah konstruktif berikut bisa dipakai untuk menyembuhkan diri sendiri. Berikut ulasannya.

1. Teman Sharing
Dalam kondisi normal, setiap orang membutuhkan teman, apalagi penderita penyakit goblok. Bedanya, teman biasa hanya menjadi tempat berkeluh kesah. Mereka hanya memberi nasihat normatif dan tidak ingin terlibat. Teman berbagi yang dibutuhkan penderita penyakit goblok harus bekerja lebih keras, kadang bahkan harus sedikit terlibat. Nah, teman berbagi di sini tidak sekedar hanya jadi ‘tong sampah’, atau malah menyerahkan semua keputusan di tangan si penderita. Teman ini dituntut untuk menjadi partner yang kritis, mengajak penderita melihat masalah secara obyektif, mencari alternatif dan membantunya mengambil keputusan dan tindakan terbaik.

Penderita penyakit goblok tidak selalu blank. Saat-saat tertentu, muncul kesadarannya untuk memandang masalah secara proporsional. Ia juga mampu menemukan alternatif dan mengenali mana yang menguntungkan serta mana yang merugikan. Kesadaran seperti inilah yang dibutuhkan. Di sini teman berbagi harus bisa mengkondisikan agar kesadaran itu menjadi kesadaran dominan. Siapa yang bisa jadi teman berbagi? Teman dekat, pasangan, anggota keluarga, termasuk penasihat profesional.

2. Menuliskan Masalah
Dalam kondisi terbelenggu penyakit goblok, orang sulit berpikir jernih karena situasinya memang cenderung emosional. Cara kuno untuk mengurangi efek ini adalah dengan menuliskan masalahnya di selembar kertas. Semakin detail masalah faktor-faktor penyebabnya didefinisikan, maka semakin mudah pula pilihan solusinya ditemukan. Sesungguhnya, menuliskan masalah, penyebab dan solusinya (dari pilihan terburuk sampai yang terbaik) dalam selembar kertas itu, tidak ditujukan untuk memaksa orang mencari solusi instan. Itu mustahil dalam kondisi terbelenggu oleh penyakit goblok. Tujuannya hanyalah melatih dan mendisiplinkan diri supaya berada pada jalur kesadaran kognitif. Kesadaran dan kejernihan berpikir perlu terus-menerus dirangsang kemunculannya, sehingga akhirnya bisa mengalahkan cara pandang yang terlalu emosional.

Satu metode yang ampuh untuk menggugah semangat adalah dengan lebih mengorientasikan diri pada masa depan. Menuliskan langkah-langkah untuk meraih tujuan dan mimpi-mimpi ke depan sangat sugestif sifatnya. Cara ini membuat kecerdasan dan kesadaran terangsang untuk bereaksi maksimal. Kegiatan ini perlu terus dilakukan, baik setiap kali penderita merasa down maupun saat muncul semangat baru, sampai akhirnya tertulis komitmen-komitmen yang lebih tegas untuk lepas dari belenggu masalah. Komitmen inilah yang perlu didiskusikan dengan orang terdekat yang selama ini jadi teman berbagi.

3. Memperluas Konteks
Menderita penyakit goblok bisa berarti menghadapi masalah yang sama, orang yang sama, sebab yang sama dan akibat-akibat yang relatif sama, secara berulang-ulang. Untuk lolos dari lingkaran setan ini, tak ada cara lain yang lebih ampuh selain mencoba berbagai hal yang serba baru: lingkungan baru, cara kerja baru, pekerjaan baru, mode rambut baru, cara berpakaian baru, cara berpikir baru, aktivitas baru, komitmen baru, kenalan-kenalan baru, hubungan baru dan lain-lain. Lebih bagus lagi jika diri ini ditantang melakukan banyak hal yang selama ini ditakutkan (hal-hal positif tentunya). Tidak mudah memang, namun jika berhasil, perasaaan kemenangan yang luar biasa akan melingkupi kondisi psikologis kita. Ini bukan berarti lari dari masalah. Namun ini ditujukan untuk memperluas konteks kita, melepaskan diri dari keterkungkungan psikologis dan fisik. Daripada masa lalu, hal baru lebih mudah membuka kesadaran kita.

4. Mengubur Masa Lalu
Ini hal yang paling sulit, namun jika tidak ingin terantuk-antuk terus oleh penyakit goblok, masa lalu harus dikubur. Sesungguhnya, kata yang lebih tepat adalah meletakkan masa lalu pada tempat yang semestinya. Artinya, tidak menjadikannya sebagai hantu yang setiap saat bisa memperlemah komitmen kita. Penderita penyakit goblok biasanya lebih suka mengatakan; “Tidak mudah melupakan dia...”, “Masalahnya tidak sesederhana yang kamu kira..”, “Aku butuh waktu...”, “Kamu tidak bisa merasakan sakitnya...,” dan sebagainya. Jika ingin benar-benar mengubur masa lalu, lebih baik mengungkapkan komitmen seperti ini: “Aku akan mencoba!”, “Tidak mudah, tapi aku akan berusaha!”, “Aku berjanji pada diriku sendiri!” dan sebagainya. Memperluas konteks dan mengubur masa lalu menjadi satu paket resep penyembuhan penyakit goblok. Jangan ditawar-tawar lagi!

5. I Love My Self
Penderita penyakit goblok adalah orang yang paling sering mengabaikan diri sendiri. Mereka rela menderita demi sang penyebab penderitaannya itu. Mereka bahkan cenderung menyiksa dan menyakiti diri sendiri. Maka jangan berharap orang seperti ini memiliki kepercayaan diri untuk bisa lepas dari sumber masalah. Ini jelas-jelas sangat tidak sehat. Counter attack untuk kecenderungan ini adalah dengan mencoba lebih mencintai diri sendiri. Egois? Bukan! Dalam artian positif, itu berarti mencoba lebih mengutamakan kepentingan sendiri, tidak mau dirugikan orang lain, tidak mudah berkorban untuk hal yang tidak jelas manfaatnya, tidak mau dirugikan oleh pilihan-pilihan sendiri dan melakukan tindakan-tindakan yang lebih memanjakan diri sendiri.

6. Langkah Konkrit
Hanya dengan memutuskan untuk lepas, tidak berarti seseorang telah lepas. Jadi, setelah cukup menuliskan berbagai komitmen dan rencana tindakan ke depan, penderita harus melakukan langkah-langkah konkrit untuk mewujudkannya. Ini merupakan proses atau fase transformasi diri yang harus terus dijaga keberlangsungannya. Ingat, virus penyakit goblok bisa menyerang kembali. Manakala seseorang sedang labil, ia bisa mudah terjebak dalam kebodohan seperti sebelumnya. Jadi, proses transformasi diri ini harus dijaga dan dijalankan secara konsisten. Konsolidasi diri harus menyeluruh, kesadaran terus diperkuat sampai fase penyembuhan ini selesai, sampai akhirnya penderita menemukan dirinya yang baru dan terbebas dari penyakit ini. Virus stupid disease bisa tumbuh pada diri seseorang saat ia menghadapi berbagai kasus seperti masalah pekerjaan, karir, obsesi atas hal tertentu atau hubungan antar personal umumnya. Pendek kata, saat seseorang merasa tidak bisa memfungsikan kapasitas intelektualnya untuk mengambil pilihan-pilihan terbaik, ia perlu waspada, karena bisa jadi penyakit goblok sudah menjangkitinya.

Edy Zaqeus adalah editor pembelajar.com (http://www.pembelajar.com), penulis buku "Kontektualisasi Ajaran I Ching" dan dua buku best seller "Kalau Mau Kaya Ngapain Sekolah" dan "Resep Cespleng Berwirausaha".

Satu Cerita Tentang "Surat Cinta".

Suami saya adalah seorang yang sederhana, saya mencintai sifatnya yang alami dan saya menyukai perasaan hangat yang muncul di perasaan saya, ketika saya bersandar di bahunya yang bidang.

Tiga tahun dalam masa perkenalan, dan dua tahun dalam masa pernikahan, saya harus akui, bahwa saya mulai merasa lelah, alasan-alasan saya mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan.

Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-benar sensitif serta berperasaan halus.
Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang menginginkan permen.
Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan.

Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan. Rasa sensitif-nya kurang.
Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapan saya akan cinta yang ideal.

Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya, bahwa saya menginginkan perceraian.

"Mengapa?", tanya suami saya dengan terkejut.
"Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang saya inginkan," jawab saya.

Suami saya terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya, tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak.


Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa saya harapkan darinya?

Dan akhirnya suami saya bertanya, "Apa yang dapat saya lakukan untuk merubah pikiran kamu?"

Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan,"Saya punya pertanyaan, jika kau dapat menemukan jawabannya di dalam perasaan saya, saya akan merubah pikiran saya :

"Seandainya, saya menyukai setangkai bunga indah yg ada di tebing gunung.
Kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati.
Apakah kamu akan memetik bunga itu untuk saya?"

Dia termenung dan akhirnya berkata, "Saya akan memberikan jawabannya besok."

Perasaan saya langsung gundah mendengar responnya.

Keesokan paginya, dia tidak ada di rumah, dan saya menemukan selembar kertas dengan oret-oretan tangannya dibawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang bertuliskan ......

"Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan saya untuk menjelaskan alasannya."

Kalimat pertama ini menghancurkan perasaan saya.

Saya melanjutkan untuk membacanya.

"Kamu selalu pegal-pegal pada waktu 'teman baik kamu' datang setiap bulannya, dan saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kaki kamu yang pegal."

"Kamu senang diam di rumah, dan saya selalu kuatir kamu akan menjadi 'aneh'.
Saya harus membelikan sesuatu yang dapat menghibur kamu di rumah atau meminjamkan lidah saya untuk menceritakan hal-hal lucu yang saya alami."

"Kamu selalu terlalu dekat menonton televisi, terlalu dekat membaca buku, dan itu tidak baik untuk kesehatan mata kamu. Saya harus menjaga mata saya agar ketika kita tua nanti, saya masih dapat menolong mengguntingkan kuku kamu dan mencabuti uban kamu."

"Tangan saya akan memegang tangan kamu, membimbing kamu menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna-warna bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajah kamu."

"Tetapi Sayang, saya tidak akan mengambil bunga indah yang ada di tebing gunung itu hanya untuk mati. Karena, saya tidak sanggup melihat air mata kamu mengalir.

"Sayang, saya tahu, ada banyak orang yang bisa mencintai kamu lebih dari saya mencintai kamu. Untuk itu Sayang, jika semua yang telah diberikan tangan saya, kaki saya, mata saya tidak cukup buat kamu, saya tidak bisa menahan kamu untuk mencari tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakan kamu."

Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur, tetapi saya tetap berusaha untuk terus membacanya.

"Dan sekarang, Sayang, kamu telah selesai membaca jawaban saya.

Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkan saya untuk tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri di sana menunggu jawaban kamu."

"Jika kamu tidak puas dengan jawaban saya ini, Sayang, biarkan saya masuk untuk membereskan barang-barang saya, dan saya tidak akan mempersulit hidup kamu. Percayalah, bahagia saya adalah bila kamu bahagia."

Saya segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti kesukaan saya.

Oh, kini saya tahu, tidak ada orang yang pernah mencintai saya lebih dari dia mencintai saya.

---

Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang dari perasaan kita, karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.

Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari pasangan kita, dan bukan mengharapkan wujud tertentu.

Karena cinta tidak selalu harus berwujud "bunga".

Cinta Berpijak Pada Perasaan Sekaligus Akal Sehat

Miskonsepsi pertama yang ditentang Bowman adalah manusia jatuh cinta dengan menggunakan perasaan belaka. Betul, kita jatuh cinta dengan hati. Tapi agar tidak menimbulkan kekacauan di kemudian hari, kita diharapkan untuk juga menggunakan akal sehat.


Bohong besar kalau kita bisa jatuh cinta dengan begitu saja tanpa bisa mengelak. Yang sesungguhnya terjadi, proses jatuh cinta dipengaruhi tradisi, kebiasaan, standar, gagasan, dan ideal kelompok dari mana kita berasal.


Bohong besar pula kalau kita merasa boleh berbuat apa saja saat jatuh cinta, dan tidak bisa dimintai pertanggungan-jawab bila perbuatan-perbuatan impulsif itu berakibat buruk suatu ketika nanti.


Kehilangan perspektif bukanlah pertanda kita jatuh cinta, melainkan sinyal kebodohan.


Cinta membutuhkan proses !!!
Bowman juga menolak anggapan cinta bisa berasal dari pandangan pertama.

"Cinta itu tumbuh dan berkembang dan merupakan emosi yang kompleks," katanya. Untuk tumbuh dan berkembang, cinta membutuhkan waktu.


Jadi memang tidak mungkin kita mencintai seseorang yang tidak ketahuan asal-usulnya dengan begitu saja. Cinta tidak pernah menyerang tiba-tiba, tidak juga jatuh dari langit. Cinta datang hanya ketika dua individu telah berhasil melakukan orientasi ulang terhadap hidup dan memutuskan untuk memilih orang lain sebagai titik fokus baru.


Yang mungkin terjadi dalam fenomena "cinta pada pandangan pertama" adalah pasangan terserang perasaan saling tertarik yang sangat kuat-bahkan sampai tergila-gila. Kemudian perasaan kompulsif itu berkembang jadi cinta tanpa menempuh masa jeda.


Dalam kasus "cinta pada pandangan pertama", banyak orang tidak benar-benar mencintai pasangannya, melainkan jatuh cinta pada konsep cinta itu sendiri.

Sebaliknya dengan orang yang benar- benar mencinta. Mereka mencintai pasangan sebagai personalitas yang utuh.


Cinta tidak menguasai dan mengalah, tapi berbagi.
Bukan cinta namanya bila kita berkehendak mengontrol pasangan.
Juga bukan cinta bila kita bersedia mengalah demi kepuasan kekasih.
Orang yang mencinta tidak menganggap kekasih sebagai atasan atau bawahan, tapi sebagai pasangan untuk berbagi, juga untuk mengidentifikasi diri.


Bila kita berkeinginan menguasai kekasih (membatasi pergaulannya, melarangnya beraktivitas positif, mengatur seleranya berbusana) atau melulu mengalah (tidak protes bila kekasih berbuat buruk, tidak keberatan dinomorsekiankan) , berarti kita belum siap memberi dan menerima cinta.


Cinta itu konstruktif
Individu yang mencinta berbuat sebaik-baiknya demi kepentingan sendiri sekaligus demi (kebanggaan) pasangan. Dia berani berambisi, bermimpi konstruktif, dan merencanakan masa depan. Sebaliknya dengan yang jatuh cinta impulsif. Bukannya berpikir dan bertindak konstruktif, dia kehilangan ambisi, nafsu makan, dan minat terhadap masalah sehari-hari. Yang dipikirkan hanya kesengsaraan pribadi.

Impiannya pun tak mungkin tercapai. Bahkan impian itu bisa menjadi subsitusi kenyataan.


Cinta tidak melenyapkan semua masalah
Penganut faham romantik percaya cinta bisa mengatasi masalah.
Seakan-akan cinta itu obat bagi segala penyakit ( panacea ). Kemiskinan dan banyak problem lain diyakini bisa diatasi dengan berbekal cinta belaka.

Faktanya, cinta tidaklah seajaib itu.
Cinta hanya bisa membuat sepasang kekasih berani menghadapi masalah.
Permasalahan seberat apapun mungkin didekati dengan jernih agar bisa dicarikan jalan keluar.

Orang yang tengah mabuk kepayang-berarti tidak benar-benar mencinta-cenderung membutakan mata saat tercegat masalah. Alih-alih bertindak dengan akal sehat, dia mengesampingkan problem.


Cinta cenderung konstan
Ya, cinta itu bergerak konstan. Maka kita patut curiga bila grafik perasaan kita pada kekasih turun naik sangat tajam. Kalau saat jauh kita merasa kekasih lebih hebat dibanding saat bersama, itu pertanda kita mengidealisasikannya, bukan melihatnya secara realistis. Lantas saat kembali bersama, kita memandang kekasih dengan lebih kritis dan hilanglah segala bayangan hebat itu. Sebaliknya berhati-hatilah bila kita merasa kekasih hebat saat kita berdekatan dengannya dan tidak lagi merasakan hal yang sama saat dia jauh. Hal sedemikian menandakan kita terkecoh oleh daya tarik fisik.

Cinta terhitung sehat bila saat dekat dan jauh dari pasangan, kita menyukainya dalam kadar sebanding.


Cinta tidak bertumpu pada daya tarik fisik
Dalam hubungan cinta, daya tarik fisik penting. Tapi bahaya bila kita menyukai kekasih hanya sebatas fisik dan membencinya untuk banyak faktor lainnya. Saat jatuh cinta, kita menikmati dan memberi makna penting bagi setiap kontak fisik. Kontak fisik, ketahuilah, hanya terasa menyenangkan bila kita dan pasangan saling menyukai personalitas masing-masing. Maka bukan cinta namanya, melainkan nafsu, bila kita menganggap kontak fisik hanya memberi sensasi menyenangkan tanpa makna apa-apa.

Dalam cinta, afeksi terwujud belakangan saat hubungan kian dalam. Sedang nafsu menuntut pemuasan fisik sedari permulaan.


Cinta tidak buta, tapi menerima
Cinta itu buta? Tidak sama sekali.
Orang yang mencinta melihat dan menyadari sisi buruk kekasih. Karena besarnya cinta, dia berusaha menerima dan mentolerir. Tentu ada keinginan agar sisi buruk itu membaik.


Namun keinginan itu haruslah didasari perhatian dan maksud baik. Tidak boleh ada kritik kasar, penolakan, kegeraman, atau rasa jijik. Nafsulah yang buta. Meski pasangan sangat buruk, orang yang menjalin hubungan dengan penuh nafsu menerima tanpa keinginan memperbaiki. Juga meninggalkan pasangan saat keinginannya terpuaskan, hanya karena pasangan punya secuil keburukan yang sangat mungkin diperbaiki.


Cinta memperhatikan kelanjutan hubungan
Orang yang benar-benar mencinta memperhatikan perkembangan hubungan dengan kekasih. Dia menghindari segala hal yang mungkin merusak hubungan. Sebisa mungkin dia melakukan tindakan yang bisa memperkuat, mempertahankan, dan memajukan hubungan. Orang yang sedang tergila-gila mungkin saja berusaha keras menyenangkan kekasih. Namun usaha itu semata-mata dilakukan agar kekasih menerimanya, sehingga tercapailah kepuasan yang diincar. Orang yang mencinta menyenangkan pasangan untuk memperkuat hubungan.


Cinta berani melakukan hal menyakitkan
Selain berusaha menyenangkan kekasih, orang yang sungguh-sungguh mencinta memiliki perhatian, keprihatinan, pengertian, dan keberanian untuk melakukan hal yang tidak disukai kekasih demi kebaikan. Seperti seorang ibu yang berkata "tidak" saat anaknya minta es krim, padahal sedang flu.


Begitulah kita semua seharusnya bersikap pada pasangan.

Joe Sorjan
Sumber: Unknown (Tidak Diketahui)

Thursday, December 21, 2006

Satu Cerita Antara Aku, Kau dan bekas Pacarku

Hujan begitu deras sore ini. Istriku, wanita sederhana yang kunikahi 3 tahun yang lalu nampak asyik menekuni kegemarannya mengisi TTS. Ah, mengapa setiap memandang wajah sederhananya selalu terbersit perasaan bersalah? Mengapa tidak bisa kuberikan seluruh cintaku padanya? Hujan memang mengesalkan. Setiap titik airnya selalu menggoreskan rinduku padanya. Istriku? Bukan, Neva. Wanita yang selama sepuluh tahun ini dengan setia mengisi satu pojok hatiku. Wanita yang selalu membuatku merasa bersalah pada istriku.

Perkenalan pertamaku dengannya terjadi sepuluh tahun yang lalu. Waktu itu aku harus mengikuti KKN dari universitas paling ternama di Yogyakarta. Pertama kali kenal, aku tidak peduli karena waktu itu aku baru putus dari pacarku. Bayangkan saja 4 tahun aku pacaran dan dia memutuskanku begitu saja. Neva bertubuh sedang, rambut dipotong pendek ala Demi Moore, wajahnya lumayan manis. Tapi yang paling menarik adalah sinar matanya yang hangat, tulus , bersahabat dan selalu tertawa. Seminggu orientasi aku masih tidak begitu peduli bahkan sering terganggu dengan gaya ketawanya yang begitu spontan. Kebetulan kami satu regu. "Mas.. mau kopi?" sapaan istriku membuyarkan lamunanku tentang Neva. Dengan cepat aku mengangguk. Entah mengapa aku kesal karena lamunanku terhenti.

"Aduh... Yok... bagus ya desanya... Uih... kayak negeri para dewa," Neva spontan berkomentar saat kami tiba di desa yang terletak di lereng Merbabu. Hm.. bener juga gumanku. Tempat regu kami tinggal adalah rumah kosong di pinggiran hutan karet. Tiap pagi embun turun dan menari di sela-sela hutan karet itu dimana sinar matahari dengan lembut menyeruak di antaranya. Dan setiap bangun pagi, aku selalu dikejutkan senyum Neva sambil menyeruput kopinya (entah jam berapa dia bangun pagi). "Pagi.. Yok! uh... tadi bagus deh..." dan berceritalah dia tentang kegiatan jalan-jalan paginya.

Entah, akhirnya setiap pagi kami selalu bercerita tentang bayak hal sambil menikmati kopi. Baru kusadari wanita ini di samping begitu mandiri dia juga cerdas luar biasa. Dia bisa bercerita mulai dari Nitsche, harga saham, Picasso, Iwan Fals sampai masalah kemiskinan di negeri ini. Yang luar biasa dia ternyata pernah mendapat beasiswa pertukaran pelajar, pinter main piano dan bekerja part time (meski dia berasal dari keluarga yang cukup berada). Aku semakin suka berada di sampingnya.

Di mataku kecerdasannya membuat dia begitu menarik, cantik dan seksi. Hingga suatu malam saat kami ngobrol berdua saja di teras dia mengejutkanku dengan pernyataannya, " Yok... aku ini sudah nggak perawan." Aku begitu terkejut, bagi orang sepertiku yang di didik sejak kecil bahwa seorang wanita harus menyembunyikan emosinya, pernyataan seperti ini begitu mengguncang emosiku "Ya... Tuhan... wanita seperti ini yang aku cari..." seruku dalam hati. Betapa jujurnya dia.

Dia bercerita tentang rasa cintanya yang begitu besar pada pacarnya, kesedihannya karena pacarnya tak pernah memintanya menjadi istrinya meski mereka telah pacaran hampir 6 tahun. Tanpa kutahu pasti, aku telah jatuh cinta padanya dan yang menyedihkan aku tidak berani menyatakannya. Aku nikmati saja hari-hari KKN ku. Kami main air di sungai, jalan-jalan. Setiap pacarnya datang, kutekan rasa cemburuku dan sakitku bahkan aku dengan gaya yang sok berbesar hati sering mengantarnya ke terminal untuk pulang menengok pacarnya. Setiap kali sehabis pulang, dengan gaya lucunya dia bercerita tentang persetubuhannya dengan pacarnya. Neva... tahukah kau aku mencintaimu?

Sampai suatu hari, aku dan dia pergi ke kota asalku Solo untuk mencari sponsor bagi pasar murah yang akan kami selenggarakan. Tanpa terasa kami kemalaman.
"Nev... kita nginap di rumah ibuku yuk?" Sungguh! Waktu itu aku tidak punya pikiran apapun. Dan seperti yang sudah kuduga, keluargakupun sangat menyukainya. Bahkan ibuku bilang, "Dia lain ya sama Rini? Anaknya ramah dan baik". Ah.. betapa inginnya aku bilang, "Dia wanita yang kuinginkan jadi istriku, bu".
"Yok... aku tidur dimana?" tanya Neva.
"Dikamarnya Iyok aja, nak. Itu di kamar depan." ibuku begitu bersemangat menata kamarku.
"Wah... ntar Iyok tidur dimana?"
"Biar tidur di sofa ruang tamu".

Rumah ku memang agak aneh, hampir seluruh kamarnya ada di belakang, hanya kamarku yang terletak di depan. Malam itu aku gelisah tak dapat tidur. Entah mengapa aku begitu rindu pada Neva. Gila! Padahal seharian tadi aku bersamanya. Seperti ada yang menggerakkan aku pergi ke kamarku di mana Neva tidur dengan memakai daster ibuku!. Nampak tidurnya begitu damai. Ya... ampun baru kusadari betapa besar cintaku padanya. Tanpa terasa aku belai pipinya dengan lembut. Dia menggeliat. Oh.. sungguh seksi sekali. Tiba-tiba saja tanpa dapat kubendung kucium bibirnya dengan kelembutan yang tak pernah kuberikan dengan pacarku dahulu. Neva membuka matanya, dan baru kusadari betapa indah mata itu. "Yok?" Tapi dia tidak berbuat apa-apa. Kembali kukulum bibirnya, diapun menyambut dengan hangat ciumanku. Lidahnya bermain begitu luar biasa di lidahku. Tanpa terasa sesuatu yang keras menyembul dari balik celanaku. Kuciumi dengan hangat lehernya, dia menggelinjang geli. Dibalasnya ciumanku dengan ciuman lembut di leherku, turun ke dadaku. Lalu dengan gerakan yang begitu lembut, dilepasnya kaosku. Kubalas ciumannya dengan ciuman di dadanya. Ya... ampun... dia tidak memakai bra. Terasa putingnya mengeras dan dadanya begitu kencang. Tanganku masuk dari bawah dasternya. Ugh... dadanya begitu penuh. Gelinjangannya begitu mempesona. Dia begitu meenikmati sentuhanku. Tiba-tiba dia menggerang, " Don... ah...". Bagai tersengat listrik, kulepaskan cumbuanku. Ada rasa nyeri menyeruak di dalam dadaku. Dia menyebut nama pacarnya! Neva pun tersadar.

"Yok... maaf..." segera diambilnya kaosku.
"Pergilah... maaf... aku... aku... kangen sama Don". Diapun menundukan kepalanya. Mungkin orang menanggapku gila karena keterusterangannya justru membangkitkan gairahku. Entah aku begitu yakin akan perasaanku padanya, rasa cintaku dan aku ingin dia memilikiku. Akan kuberikan keperjakaanku padanya. Ya... aku masih perjaka! Meski aku pacaran serius selama 4 tahun dengan Rini, aku adalah laki-laki yang begitu menghargai keperjakaan. Bahkan aku pernah bersumpah hanya kepada istriku akan kuberikan keperjakaanku. Seperti ada kekuatan gaib tiba-tiba aku bertanya.
"Nev... maukah kamu mengambil keperjakaanku?"
"Tapi... Yok?"
"Aku tidak peduli Nev... aku mencintaimu... aku ingin kamu yang mengambilnya... aku ingin kamu menjadi istriku" sambil kugenggam tangannya. Ada buliran air mengalir dari mata bulatnya. Neva hanya terdiam, dan dengan lembut diambilnya tanganku dan dibawanya ke dadanya.
"Kamu begitu tulus...Yok...". Hanya itu kalimat yang keluar dari mulutnya. Selanjutnya dia mencium bibirku, pertama lembut sekali tapi makin lama makin liar, dibaringkannya tubuhku di tempat tidur. Lidahnya menjilati belakang telingaku, turun.. keputingku... ke tanganku... lalu turun ke ibu jari kakiku.. ke.. atas... ke paha... ya ampun! Aku belum pernah melakukan ini. Dulu dengan Rini aku hanya melakukan sebatas 'pas foto', itupun dengan baju yang terpakai. Tiba-tiba gigitan kecil dikelelakianku membuatku tersentak, dengan giginya, dibukanya celana pendekku, lalu celana dalamku. Ya.. aku telanjang bulat di hadapannya. Lalu dengan gerakan lembut dia membuka dasternya, lalu celana dalamnya. Aku masih dalam posisi terlentang. Antara bingung dan gejolak yang luar biasa. Dengan senyum manisnya, Neva menjulurkan lidahnya ke arah lelakianku. Dimainkannya ujung lidahnya di pangkal kelelakianku. Aaggh... ya Tuhan... inikah Surga-Mu? Aku tak mampu berkata apa2 saat mulutnya mengulum kelelakianku sambil sesekali diselang-seling dengan mencepitkan buah dadanya.. Aku hampir saja tak kuat menahan lava di dalam kelelakianku. Tapi di saat aku hampir menyemburkannya, tangannya dengan lembut memijat pangkal kelelakianku itu. Ajaib, lava itu tak jadi keluar meski tetap bergejolak.

Demikianlah... hal tersebut dilakukannya berulang kali. Hingga dia berkata... "Yok... aku ingin memberimu hadiah yang tak kan kamu lupakan". Dia lalu duduk di atasku, tepat di atas kelelakianku. Diambilnya kelelakianku terus dengan gerakan begitu lembut dimasukkannya ke dalam kewanitaanya. Ugh... ah.. erangannya begitu mempesona. Dan akupun memegang pantat bulatnya. Tapi segera dia berkata" Ssst... I will make you happy Yok!". Terus dengan gerakan memompa dan memutar, kurasakan seluruh darah mengalir ke bawah.

Keringat membasahai seluruh tubuhnya. Sambil berciuman kurasakan dia memompa kewanitaaanya. Lalu dicengeramnaya tubuhku kuat-kuat. Aggh.. agh... seluruh ototnya meregang. Putingnya tegak berdiri dan disorokannya ke mulutku. Lalu dengan keliaran yang tak kubayangkan sebelumnya kulumat habis puting itu sambil membalas pompaannya. "Ah... terus.. Yok.. terus... jangan berhenti" rangannya semakin mebuatku liar. "Lagi... Yok.. lagi... ini ketiga kalinya... ayo Yok..." Dan tanpa dapat kutahan lavaku menyembur. Neva segera menariknya keluar. Lalu dijilatinya cairan lava itu. Kenapa dia tidak jijik? Dengan senyum manisnya seakan dapat membaca pikiranku. "Nggak Yok... aku ingin membuatmu senang". Ya Tuhan, aku sangat terharu mendengarnya. Bagiku dia telah menjadi istriku. Malam itu, kami tiga kali bercinta dan ketiganya Neva yang 'memberiku'. Hm... aku berjanji, suatu saat aku akan memberikan 'sesuatu' yang sangat hebat... "Mas... kopinya kan sudah dingin. Kok nggak diminum?" Ah...lagi-lagi sapaan istriku membuyarkan lamunanku. Neva... dimana kamu sekarang (istriku)?

"Pada sepi yang tiba
Keyakinanku yang rapuh
Kuusik sendiri...
Wajahmu tak tahu berjanji
Dalam sinar baur kabur
Dan bunyi seretan sandal
Kusumpahi engkau
Yang terus membuntutiku
Membuntukan seluruh
perjalananku..."

Hutan karet itu masih seperti dulu. Bau tanah basahnya, getah karetnya, bahkan dangau tempat para pemanen karet beristirahatpun masih ada di tepinya. Neni istriku tampak sesekali merapatkan pegangannya di pinggangku. Langit sangat gelap, mendung menari dengan seenaknya dan membawa udara dingin menerpa perjalanan kami menuju rumah kepala desa tempatku dulu KKN dan motorku dengan usia rentanya nampak terpatah-patah mendaki jalanan yang berbukit. Ah, semoga kami belum terlambat menghadiri pemakaman kepala desa yang baik hati itu. "Kenapa sih mas... motor butut ini nggak dijual saja. Beli motor Cina juga nggak apa-apa." keluh istriku. Dan seperti biasanya aku hanya terdiam tak tahu bagaimana cara menerangkannya alasanku sesungguhnya.
"Ha.. ha.. Yok... ini sih sepeda onthel bukan motor" tawa lepas Neva waktu motorku mogok di jalan dekat hutan karet itu saat itu.
"Biarin, kenapa kamu mau aku goncengin?" Aku pura-pura marah. Mendengar nada suaraku yang kelihatan kesal. Mata Neva yang bulat segera membelalak dengan lucunya.
"Ah.. kamu nggak asyik. Gitu aja marah" Dia gantian memberengut dan mulutnya terkatup rapat. Garis mukanya mengeras, dahinya mengrenyit. Lho? Aduh gimana nih? Sumpah, aku tidak bermaksud membuatnya tersinggung. Aku kelabakan "Ngg... anu. Nev... aku... aku... maaf... tadi... ngg" Aku tidak bisa meneruskannya karena tak tahu harus bagaimana. Sungguh mengapa aku begitu takut membuatnya marah, takut dia tak mau lagi bersamaku. Saat aku bergulat dengan kekawatiranku, tiba-tiba sebuah ciuman mendarat di pipiku "Mmuah!" Neva menciumku sambil terkekeh-kekeh geli karena berhasil mengecohku. Antara lega, kaget, senang dan malu. Terlebih beberapa penadah karet yang berpapasan dengan kami nampak jengah dan malu melihat kespontanannya yang tak bosan-bosannya memukauku.

"Nev.. sst.. ntar dilihat orang"
"Ha.. ha... biarin! ha.. ha... gotcha!
Takut aku marah ya? He.. he..." Dia masih ketawa geli. Begitu menggemaskan, ingin rasanya kupeluk erat-erat. Segera kuusap-usap rambutnya yang mulai memanjang dan awut-awutan itu dengan penuh kasih.
"Sayang ya?" tanyanya manja (baru kusadar, dia tidak penah menampakkan kemanjaan ini kepada siapapun selama kami KKN. Beginikah dia sama Don? Persetan! Segera kuusir perasaan buruk ini). Kupandang dalam ke mata lucunya. Aku tahu pasti, dia bisa membaca apa yang terukir indah di dalam hatiku. Hujan tumpah tanpa terbendungkan lagi. Angin menjadi semakin kencang seolah mengejek motorku yang semakin terseok. "Nen.. kita berteduh di dangau itu saja" segera kupinggirkan motorku ke dangau di tepi hutan itu. Daun kelapa kering yang menjadi atapnya nampak koyak di beberapa bagian. Tapi masih lumayanlah di pojok sebelah kanan masih ada tempat yang kering. Sebelum kami duduk di bangku bambu yang sudah tampak lusuh dan banyak sisa pohon kering, kubersihkan bangku itu dengan tanganku, dan dengan ketergesaanku itu mengakibatkan sebuah paku kecil yang menyembul menyayat jari telunjukku. Darah segar segera mengalir.
"Oouch!"
"Yok... aduh... tanganmu berdarah" Neva berteriak dengan kecemasan yang tak dapat disembunyikannya. Segera diambilnya jari telunjukku dan dikulumnya di bibirnya yang tak tersentuh lipstik. Pemandangan di depanku membuatku tak mampu berkata sepatah katapun. Begitu indah, begitu ingin kubekukan dan kubingkai selamanya. Rambut dan mukanya yang basah karena guyuran hujan membuat bibirnya sedikit kebiruan. Celana jeans dengan dengkul sobek plus kaos putihnya basah kuyup dan membuat lekukan di dadanya menjadi sangat jelas. Warna hitam dari branya memberi aksen pada lukisan indah dihadapanku ini. Dengan perlahan dan lembut dikulum dan disedotnya darah dari jariku. Kurasakan di ujung jariku kelembutan lidahnya menyentuh lukaku. Perih yang tadinya begitu kuat menggigit ujung jariku secara perlahan berganti menjadi kehangatan yang menjalari seluruh ujung kepekaanku. Masih kurasakan kebahagiaan yang kuperoleh beberapa hari yang lalu di rumahku saat kami menginap. Aku rindu sentuhannya, aku rindu....

"Nah... sudah mendingankan?" jariku yang dicabut dari mulutnya membuyarkan kenanganku. Ada sedikit rasa kecewa di perasaanku. Tapi rasa maluku mampu menekannya dalam-dalam. Entah, sejak kejadian di rumahku itu, aku merasakan kedekatan yang luar biasa di antar kami. Nevapun semakin jarang membicarakan Don, meski dihadapan teman-temanku seregu dia nampak dengan sengaja melontarkan kerinduannya pada kekasihnya itu dengan ujung mata yang sesekali mencuri pandang ke diriku. Kekasihnya? Siapa? Don? Aku? Aku takut dengan jawaban pertanyaan itu dan aku tidak pernah mempertanyakannya. Aku hanya yakin, Neva juga melakukannya dengan hatinya.

"Hey.. jangan melamun dong, Mas!" sapaan istriku lembut tapi kurasakan ada kejengkelan di dalamnya. "Nggak... cuma hujan kayak gini pasti lama... kita terjebak di sini nih!" sambil kupeluk istriku. Ada rasa syukur yang besar saat hujan turun dengan derasnya diiringi angin besar. Neva merapatkan duduknya sambil tak bisa menyembunyikan gigilan dingin yang menerpanya. Sepenuh hati segera kupeluk karunia indah ini dan kuberikan seluruh kehangatan jiwaku padanya. Kurasakan balasan pelukannya begitu lembut tapi tegas. Dengan rasa sayang yang luar biasa kucium rambut basahnya. Nampak dia terpejam menikmati rasa sayangku itu. Tanpa sadar kuteruskan ciumanku di telinganya, dia mengelinjang kegelian, kutelusuri belakang telinganya dengan ujung lidahku, kemudian lehernya. Dia lalu menengok dan dengan hangat diciumnya bibirku. Lidah-lidahnya bermain di rongga mulutku dan tangan kanannya mengambil tangan kiriku untuk diletakkan di atas dadanya.

Hujan yang semakin deras melarutkan percumbuan kami. Ditariknya mulutnya dari mulutku "Yok... tapi nggak usah main ya?". Dengan kelu kuanggukkan kepala. Neva kemudian pindah ke depanku menghadap ke arahku, bra hitam basahnya yang nampak samar di kaos basahnya tepat di hadapanku. Disorongkannya dadanya ke mulutku, segera kulumat kaos basah itu sambil mulutku sesekali menggigit lembut ke dua bukit indahnya. Sambil memekik kecil karena gigitan itu ditariknya kasonya ke atas, nampak bra hitamnya memiliki bukaan di depan. Dibukanya bukaan itu. Ya ampun, kedua bukit itu tegak berdiri dengan puncak hitamnya yang mengeras (entah karena kedinginan atau keinginan). Kulahap habis kedua puncak hitam itu bergantian. Kugigit-gigit lembut dan Nevapun mengelinjang kegelian. Kuremas-remas pantatnya yang tergolong besar itu sehingga dia dengan gerakan yang begitu ekspresif semakin menyorongkan dadanya ke mulutku. Kedua bukit itu makin keras. Tiba-tiba dengan gerakan yang agak kasar ditariknya kedua dadanya dari mulutku. Neva segera berjongkok, dibukanya risleting celana jeansku dan dikeluarkannya kelelakianku, segera dilumatnya kelelakianku dengan gerakan yang menagihkan. Digigit-gigit kecilnya ujung kelelakianku, ditelusurinya batang tubuhnya dengan ujung lidahnya hingga ke pangkal. Gelinjang sensasi kenikmatan yang kurasakan membuatnya mempercepat gerakan makan es krimnya. "Ugh... ah...... akhhhhhhhh... Nev.. ahhhhhhh" tak mampu aku berkata apa-apa. Lavaku sudah mendekati puncak dan Neva akan menekan pangkal batang kelelakianku bagian bawah, tiba-tiba... Grung... grung... suara mobil membuat kami bagaikan kesetanan segera membenahi baju kami. Dengan napas tersengal, kami segera duduk sambil ngobrol yang tak jelas.

"Mbak.. Mas... bareng aja yuk?" pak lurah yang baik hati itu menghentikan mobil kijang bak terbukanya. Dengan senyum sedikit kecut kami terpaksa numpang mobil itu dengan motor tuaku nangkring di bak belakang. "Nev.. aku pusing!" bisikku. Neva hanya mengangguk sambil jarinya meremas jemariku. "Yah... memang hujan seperti ini membuat kita gampang masuk angin, pusing. Nanti sampai di rumah biar ibunya anak-anak bapak suruh ngerokin nak Iyok." Pak lurah yang baik hati itu dengan polosnya menyahut. Aku dan Nevapun berpandangan dengan senyum antara geli dan kecut.

"Kematian adalah tantangan,
Kematian mempertegas kita untuk tida melupakan waktu,
Kematian memberi tahu kita untuk saling mengatakan saat ini juga bahwa....
kita saling mencintai..."

Rumah pondokan KKNku juga masih seperti dulu. Dinding batakonya, kedua kamarnya (satu untuk Neva dan Santi, sedangkan yang lainnya untuk Hendra, Made, Sugeng dan aku. Ah... teman-teman sereguku itu juga tak kuketahui rimbanya kini...) kini ditempati keponakan pak lurah yang baik hati itu. Rumah pak lurah hanya beberapa ratus meter dari rumah itu. Bu lurah dengan mata yang masih sembab menyambut kedatanganku dengan keharuan yang mendalam. Kukenalkan Neni, kemudian kusalami dia. Masih kurasakan kehangatan perhatiannya saat mengerokiku dulu ditangannya

"Makanya mas Iyok... mbok motornya diganti saja. Kalo gini kan kasihan mbak Neva nggak bisa nonton ke Salatiga sama mbak Santi dan yang lain. Mereka tadi nunggunya lama lo... mas Made yang ngusulin ninggal. Marah lo dia" sambil sesekali dipijitnya tengkukku. Sambil tersenyum menahan kerokan yang tak kuinginkan ini aku hanya diam saja. Kalau kutanggapi bisa-bisa sampai subuh bu lurah yang masih menyisakan kecantikan masa mudanya ini tak bisa menghentikan obrolannya. Padahal aku begitu ingin segera kembali ke pondokanku menyusul Neva yang tapi pura-pura pamit menyelesaikan persiapan mengajarnya di SMP desa. Akhirnya siksaan kerokan itu berlalu, sambil pura-pura mengantuk karena Procold aku bergegas ke pondokanku. "Nen.. ini kamarku dulu, dan yang itu kamar Santi dan Neva" waktu kusebut namanya ada kelu yang mnyekat di kerongkonganku. Untunglah keponakan pak lurah segera menyuruh kami minum teh hangat. "Nev... mau teh hangat?" kuambilkan secangkir teh dari rumah pak lurah, jangan-jangan Neva sakit beneran? Ada rasa cemas yang menyusup saat aku masuk kamarnya dan kulihat dia meringkuk tak bergerak. "Mau dong" sambil mengeliat bangun dari tidur ayamnya. Syukurlah, dia tak apa-apa. Sesaat setelah menghabiskan teh dia menengadah...
"Yok?" bisiknya
"Ya?"
"Selesain yuk?". Ah.. betapa inginnya aku agar Neni bisa mengutarakan keinginannya seperti dia. Segera kukunci pintu depan. Dan dengan setengah berlari aku kembali ke kamar Neva. Begitu kubuka kamar, Neva ternyata telah menanggalkan seluruh celana pendek dan kaosnya. Hanya tinggal bra hitam dan celana hitamnya (aku tak tahu kenapa dia begitu tergila-gila warna hitam, hampir seluruh pakaian dalamnya hitam). Dengan reflek kubuka bajuku segera kutubruk dia. Neva sedikit meronta dan itu membuatku semakin bergairah. Tak tahu, rasanya kami terburu-buru, mungkin karena rasa takut ketahuan. Neva segera menanggalkan pakaian dalamnya dan segera memintaku untuk memasukkan kelelakianku di lubang kewanitaannya. Entah, aku justru menunduk dan kuciumi dengan lembut. Bau kewanitaan itu begitu khas, aku belum pernah membauinya.

Dengan reflek kujilati pinggirannya dan benda kecil yang tampak memerah tegang ditengahnya. Neva mengelinjang dengan hebat tangannya sedikit menjambak rambutku dan membenamkan kepalaku semakin dalam ke lubang itu. Aku begitu menikmati permainan ini. Sumpah aku belum pernah melihat gambar atau film seperti ini. Semuanya kulakukan dengan reflek naluriku belaka. Lidah-lidahku semakin liar menari-nari di lubang itu dan kumasukkan semakin dalam dan dalam. Kedua tanganku ke atas memegang bukit indahnya yang semakin keras dan mengeras. Kupelintir kedua puncak hitamnya, kumainkan sampai kurasakan air semakin deras di kewanitaannya. Kujilati air itu, kuhisap, kutumpahi ludahku bercampur dengan air itu. Kuhisap lagi. Kedua puncak hitam bukit indahnya semakin keras kupelintir, kugemggam dengan liar kedua bukit itu, kuremas-remas, kuperas dan... "aaaahhhhh... oh yes... yes. uh...... ahhhh.." panggul Neva dengan sangat liarnya melakukan gerakan memompa. "Oooohhhhh... Yesss!!!!" dibenamkannya semakin dalam kepalaku ke dalamnya. Ya.. Tuhan.. begitu bahagianya diriku melihatnya begitu puas. Segera kucabut lidahku dan dengan ujung lidahku kujilati seluruh tubuhnya. Neva semakin menggelinjang, kulumat habis kedua bukit indahnya dengan puncak yag begitu keras. Ah... aku tak kuasa menahannya lebih lama dan... Blesss!!! Kumasukkan kelelakianku ke dalam kewanitaannya. Dipegangnya kedua pantatku dan ditariknya ke dalam lubang itu semakin dalam. Sambil kulumati kedua bukit indahnya, kelelakianku terus mempa dengan rasa cintaku yang luar biasa. "Yok... ayo... yok... ah... terus... terus.. oh yesssss!" saat itu kusemburkan lava kelelakianku di atas tubuhnya. Segera dioles-oleskannya ke seluruh tubuhnya. Ah betapa cantik dan seksinya dia... Saat Santi dan teman-temanku pulang, Neva sudah tertidur kelelahan. Dan aku pura-pura nonton TV di rumah pak lurah. Waktu teman-temanku menceritakan betapa hebatnya film yang ditonton. Aku hanya pura-pura kesal dengan kebahagiaan yang tak terkira. "Mas.. pulang yok.. udah sore nih..."

Angin senja membawaku kembali ke Solo sambil masih terngiang dengan jelas bisikan Neva sesudah mengakhiri permainan kami.

"Aku ini badai dan samudera,
hutan tergelap dan pegunungan terjal dan liar.....
betapa inginnya kualamatkan selalu kerinduanku
pada tempat ini"

Telah sebulan KKN selesai. Dan selama itu pula aku tidak bertemu dengan Neva. Rindu ini begitu mencabik-cabik pembuluh darah dalam nadiku dan mengakumulasi ke kelenjar otak. Bambang dan Panca, teman-teman sekontrakanku sampai heran dengan diriku yang tiba-tiba menjadi pemarah dan sensitif. Akhirnya aku ceritakan bahwa aku jatuh cinta dengan perempuan itu. Saat kutunjukkan fotonya, Panca begitu terkejut ternyata Neva teman basketnya di tim universitas. "Wah... kamu pinter milih, Yok! Kalo dia aku ya mau juga," jawabnya terkekeh

Aku tahu saat ini pasti Neva sedang ngebut nyelesain skripsinya. Dia pernah bilang dia harus selesai dalam hitungan 2 bulan. Benar-benar gila anak itu otaknya. Aku jadi malu ke diriku sendiri. Dibandingkan dia aku belum melakukan apa-apa dalam hidupku untuk diriku sendiri. Panca jadi heran dengan perubahanku yang begitu tiba-tiba. Aku jadi lebih sering mengerjakan proposal skirpsiku yang telah sekian lama terbengkelai. Jadi sering ke perpustakaan pusat (hm... siapa tahu Neva ke sana). Sudah beberapa kali aku coba ke rumahnya yang sangat besar di utara Yogya itu. Tapi mobil Don yang sering nongkrong di depan rumah itu membuatku kecul sendiri. Kamu memang pengecut Yok! Entahlah. Sampai suatu hari aku pergi ke perpustakaan dan wanita yang duduk tekun di pojok membuat wajahku pias. Neva? Dia duduk sambil memelototi buku the Trial-nya Frans Kafka (Pasti buat referensi skripsinya.) Kacamata bacanya membuat wajahnya menjadi begitu menarik. Sosok kecerdasan yang luarbiasa digabung dengan keperempuanan yang menyihirkan.
Kudekati dia dan kusapa.
"Hei!"
"Hey!" jawabnya datar.
"Sedang apa?
"Berenang!" jawabnya seenaknya. Seharusnya aku tahu, aku tak bisa mengganggunya kalau sudah ada buku di tangannya. Biar ada bom meledakpun dia tak akan bergeming. Aku hanya terdiam memandangnya sambil berharap dia akan memandangku, tapi harapanku itu sia-sia. Dia tak bergeming sedikitpun. Sampai sebuah sosok laki-laki mendekat ke arah kami, Don! "Hey.. Yok? sudah lama?" sapanya hangat Aku hanya mengangguk dengan senyum yang pasti begitu aneh. Neva segera bangkit. "Yuk Don pulang... pulang dulu ya Yok!" tanpa menunggu jawabanku dia mengeloyor pergi begitu saja. Aku hanya terbengong dan kelu.

Kriiing! Weker ayamku membangunkan tidur siangku. Dengan kecepatan kilat yang luar biasa aku mandi dan segera bergegas mengambil ranselku, Sialan, kenapa sih pak Sutoyo dosen pembimbingku bikin janji jam 4 sore gini. Saat membereskan laporan-laporanku si Bambang menggedor pintu kamarku. "Yok... aku berangkat dulu, pulangnya mungkin bulan depan," pamitnya. Ya ampun baru aku ingat sore ini dia mau ke Sulawesi mau melamar tunangannya. " Ya... hati-hati... salam buat Tasya!". Tak berapa lama kemudian pintuku mulai digedor lagi. Kenapa lagi sih ? "Ngapain Mbang? Ada yang ketinggalan?" "Ngg... anu Yok ada tamu!" Kenapa sih anak itu, ada tamu kok mbingungi. Segera kubuka pintu kamarku. Seolah-olah ada sebongkah besar batu menyekat tenggorokanku dan aku hampir tak bisa dibuat bernapas karenanya. Neva! Perempuan itu berdiri dengan kostum seperti biasanya, kaos dan jeans belel. Tapi di pundaknya ada ransel yang lumayan besar. Mau ke Merapikah? "hey... boleh nginap di sini?" tanyanya cuek dan tanpa menunggu jawabanku dia langsung masuk kamar. Ah anak itu memang penuh dengan kejutan. Seperti orang linglung aku bahkan tak sempat mengenalkan Bambang yang terburu-buru pergi. "Mama nyusul Papa ke New York. Don pergi ke Kalimantan. Ada riset di Kalcoal. Males di rumah. Sepi!" seolah-olah tahu keherananku dia merebahkan tubuhnya ke kasur yang tergeletak begitu saja di lantai. Anak tunggal pasangan dokter bedah ternama di kota ini memang paling takut sendiri di rumahnya yang super besar itu. "Sampai kapan?" tanyaku sekenanya. "Tahu! Mungkin sebulan. Kalo mama dan papa sih lima minggu. Soalnya mereka mau ke Eropa sekalian. Nengokin om Jon, adik mama di Paris. Kamu kalo mau pergi, pergi aja aku ngantuk!" dia lalu membalikkan tubuhnya . Kalau tidak ingat dosenku itu sangat susah ditemui, pasti kubatalkan kepergianku.

Sepanjang pertemuanku dengan pak Sutoyo, tidak sedetikpun konsentrasiku ke proposal yang aku bikin. Sialnya dosenku itu justru malah kuliah panjang lebar tentang teoriku yang salah. Saat sesi itu selesai, baru kusadar telah tiga jam aku meninggalkan Neva di rumah kontrakkanku. Bagaikan kesetanan aku memacu motor tuaku ke rumah kontrakkanku di daerah Mbesi sambil tak lupa menyempatkan di warung langggananku untuk 2 botol besar Coke dan seplastik es batu (minuman kesukaan Neva). Hm.. mengapa rumahku gelap? Pasti si Neva ketiduran. Kubuka gerendel, aku terkejut beberapa lilin menerangi kamar tamuku. Mati listrikkah? Sayup-sayup kudengar kaset Michael Frank dari kamarku. Lalu dengan pelan takut menganggu tidur perempuan itu kubuka kamarku. Dan pemandangan di kamarku membuat kedua mataku hampir keluar dari tempatnya karena ketakjubanku. Beberapa lilin yang mengapung di tembikar yang penuh dengan kemboja nampak menghiasi beberapa sudut ruangan. Spreiku telah diganti menjadi biru tua polos dan bertaburan melati dan bau dupa eksotis membuat kamarku demikian cozy. Beginikah honeymoon suite room? Neva dengan rok terusan selutut bertali dan sersiluet A tersenyum menyambutku. Kain rok itu begitu tipis dan ringan, warna putihnya mengingatkan aku pada turis-turis yang sering memakainya di Malioboro. Tampak kedua dadanya penuh dan kedua puncak hitamnya yang menonjol menyadarkanku bahwa dia tidak memakai bra hitam kesukaannya. Setangkai kamboja menyelip di telinganya. Ah... pantas bule-bule itu menyukai perempuan negeri ini. Ada satu karakter yang kuat memancar dengan dahsyatnya. Saat lagu "Lady wants to Know" mengalun, Neva memegang tanganku. "Shall we dance?". Kuletakkan semua bawaanku begitu saja dan dengan ketakjuban yang masih menyelimuti perasaanku kusambut tangannya, kupeluk dia dengan kerinduan yang tak kunjung usai. Harum parfum Opiumnya Yves Saint Laurent semakin meempererat pelukanku. Sesekali kucium tangannya yang kugemnggam sangat erat. Kamipun terus berpelukan hingga satu lagu itu usai. Saat lagu kedua mulai, tiba-tiba perempuan itu mendongakkan kepalanya yang tadinya rebah di dadaku.
"Bercintalah denganku?
Setubuhi aku dengan jiwamu...
Bawalah aku ke dalam darahmu
Biarlah aku terus menjadi hantu yang selalu menghuni satu sudut ruang hatimu..." bisiknya lembut. Kata-kata itu bagaikan sihir yang membutakan seluruh sendi kesadaranku. Tanganku turun dan dengan perlahan kusentuh dengan lembut kedua dadanya. Bibirnya yang penuh kukecup dengan penuh kasih lalu segera kulumat dan kuteruskan dengan penjelajahan ke lehernya dengan kecupan-kecupan hangat. Gigitan-gigitan kecil di dadanya terkadang membuatnya tersengat. Kain di dadanya segera basah oleh ciumanku dan kedua puncak hitamnya tegak berdiri di balik samar warna putih. Dengan kepasrahan yang penuh, perempuan itu kugendong ke ranjangku. Kubuka dengan perlahan bajuku dan dalam hitunga detik kami telah ada dalam kepolosan yang purba."Please... explore me!" rintihnya saat kujilati bibir kewanitaannya. Entah mengapa aku begitu kreatif saat itu. Segera kuambil ikat pinggangku dan kuikat kedua tangannya kebelekang lalu dia kududukkan sambil kututup mataku dengan syal batik ibuku yang selalu kubawa. Oh Tuhan (masih pantaskah aku menyebutNya?) betapa menggairahkan pemandangan di dekapanku. Kuambil bongkahan es batu dalam plastik dan kubanting ke lantai. Gedubraaaak!

"Suara apa itu?" pekiknya kaget. Pertanyaan itu tidak kujawab dengan jawaban tetapi dengan ciuman liar dan hangat di bibirnya. Tanganku memegang sebongkah es batu dan kutelusuri seluruh tubuhnya dengan es itu dengan gerakan bagai lidah di tempat-tempat sensitifnya."Arrgh.. ah... ugh.. ugh!" dia menggelinjang dengan hebatnya karena sensasi itu. Saat kupermainkan bongkahan es di puncak hitamnya yang sangat kaku mengeras dia mengaduh "Uuuh... hisap... please!" rintihnya. Lalu kuhisap ke dua puncak itu sambil kugigit-gigit kecil. Gelinjangnya semakin liar. Lalu es itu kujelajahkan di atas kewanitaannya. Tanpa dapat dibendung lagi dia mengerang hebat dengan erangan yang tak pernah kudengar (ah mungkin waktu itu tempatnya tidak sebebas di kontrakkanku). "Arrgh.. uh.. oh... yessss... oh... ah.. great... baby..." saat es yang semakin kecil itu kumasukkan ke dalam kewanitaannya dan kumainkan bagai lidahku dia mengerang dan memohon untuk kusetubuhi dengan kelelelakianku. "Please Yok... setubuhi aku.. ayo.... ah...." tapi aku tidak melakukannya, justru aku segera melumat kewanitaannya dengan lidahku. Karena kedua tangannya masih terikat dia tidak bisa memegang kepalaku untuk dibenamkannya ke kewanitaannya dan dia menggunakan kedua kakinya untuk menjepit tubuhku. Erangannya makin hebat saat kuhisap cairan di kewanitaannya, kujulurkan lidahku makin dalam... dan dalam...

"Aaaaaaaaargh!... argh....oh yesssssssssssssssss!" Kuhisap, kulumat dengan keliaran yang tak terkendali. Persetan dengan yang mendengar saat kudengar bunyi pintu terbuka. Itu pasti Panca. Benar, mungkin karena sungkan, dia segera masuk ke kamarnya. Erangan perempuan itu, semakin keras saat kutanamkan dalam-dalam kelelakianku ke lubang kewanitaannya. "Oh yesssssssss!... arghhhhhh!" dia tak bisa bebas meronta, hanya pinggulnya yang diangkatnya tinggi-tinggi untuk dibenamkan semakin dalam. Saat kubuka matanya dan talinya dia segera mendorongku hingga aku terjembab dan dicabutnya kewanitaannya. Dia lalu jongkok di atas wajahku dengan posisi terbalik. Lalu dengan liar dihisapnya kelelakianku. Dikulumnya dalam-dalam, di saat yang bersamaan akupun bisa memainkan lidahku di kewanitaannya. "Ahh.. uh... ah..." begitu nikmat luar biasa, Kulumannya semakin liar di kelelakianku sambil sesekali digigit kecil pangkalnya. Kedua bukit indahnya yang menggantung segera kuremas dan kupilin keras. "Auw...." Jerit kecilnya saat aku memilin putiknya terlalu keras. Neva semakin hebat mengulum kelelakianku sambil menggoyangkan kewanitaannya agar lidahku bisa masuk lebih dalam. Lalu dengan waktu yang bersamaan kami mencapai sensasi erangan yang memekakkan. "Aaargh... oh YESSSSSSSSS!" lava yang begitu deras keluar dari kelelakianku, segera direguknya cairan itu. Oh indah luar biasa... Tuhan.. aku begitu mencintainya. Dan malam itu kami terus bercinta hingga pagi menjelang.

Sudah hampir 2 minggu ini Neva tinggal bersamaku. Selama itu pula erangan-erangan dan lenguhan-lenguhan kami telah menjadi seuatu yang biasa di kontrakkanku. Setiap hari kami bercinta, terkadang pagi, siang dan setiap malam. Hampir seluruh sudut rumah ini telah sempat menjadi 'ranjang' kami (tentunya saat Panca pergi). Panca sudah terbiasa mendengar teriakan-teriakan kepuasan dari kamarku, bahkan kami terkadang berciuman dengan seenaknya di depannya. Pancapun hanya menggerutu, "Huh... jadi kambing congek nih..." Lalu kamipun hanya tertawa melihat ekspresi sahabatku itu. Lalu dengan sekali pandang kami segera masuk kamar. Biasanya Neva masih sempat menggoda Panca dengan kenakalannya.
"Hey... jangan pengin lho Pan?"
"Huh cah edan!" sahabatku itu begitu pengertian sambil tetap bersungut dia masuk kamar sambil meneruskan gerutuannya:
"Tereaknya jangan kenceng-kenceng!" lalu erangan-erangan hasratpun kembali menguak di antara keringat-keringat kami. Hari-haripun berlalu demikian indahnya. Hingga suatu siang, saat aku pulang dari kampus aku begitu terkejut saat melihatnya berkemas.
"mau ke mana Nev...?"
"Pulang," Jawabnya pendek.
"Mama Papa udah balik?" dia hanya menggeleng.
"Besok Don pulang!"
Pyaaaar! Tiba-tiba kepalaku pening. Ada kemarahan yang tiba-tiba meyerang. Tidak, aku tidak marah kepadanya, aku hanya marah dengan situasi ini.
"Tinggallah bersamaku," pintaku. Kurasakan ada nada putus asa di dalamnya. Perempuan itu menggelengkan kepala.
"Tidak. Don akan marah kalau ke rumah aku nggak ada". Don, lagi-lagi Don! Kenapa nama itu tidak hilang dari hatinya. Tidak puaskah dia dengan cintaku? Keputusasaanku akhirnya terakumulasi dengan kemarahanku. Kutarik tubuhnya ke pelukanku, kudekap tubuhnya kuat-kuat. Diapun mengejang dengan pandangan bingung. Tiba-tiba kudengar suaraku meninggi.
"Tidak! Kau harus tinggal!" melihat perempuan itu tetap menggeleng aku semakin tak terkendali. Yang ada di kepalaku cuma satu, dia harus jadi milikku, selamanya! Dan keluarlah kalimatku yang kusesali hingga saat ini: "Jadi, kuanggap aku gigolomu. Harusnya kamu bayar aku mahal, Nev!"
Plaak! Sebuah tamparan mendarat di pipiku. Kulihat kemarahan luar biasa di matanya. Badannya bergetar dengan hebat. Aku semakin kalap segera kugumul dan kutindih dia dengan tubuhku. Dia meronta dan akupun semakin marah. Segera kubuka celanaku dan kupelorotkan celana pendeknya sekaligus celana dalamnya. Lalu dengan kasar kusetubuhi perempuan kecintaanku itu dengan ganas. Neva berteriak kesakitan karena secara alami tubuhnya menolak. Tapi aku tidak peduli dan dengan sengaja kumasukkan dalam-dalam lava kelelakianku (selama ini aku tidak pernah memasukkan ke dalam kecuali dengan karet pengaman). Aku ingin dia hamil. Hanya itu satu-satunya cara untuk memilikinya.

"Oh..jangan..." Teriakannya semakin membulatkan niatku. Setelah semuanya selesai, baru kusadari ada buliran air mengalir dengan deras dari kedua mata indahnya. Ya... Tuhan Apa yang telah kuperbuat terhadap perempuan yang sangat kucintai dalam hidupku ini? Tanpa berkata sepatahpun dia segera meberei tubuhnya dan sambil membawa bawaannya dia pergi tanpa menoleh sedikitpun kepadaku. Siang itu di tengah guyuran hujan yang turun dengan tiba-tiba, menjadi saat terakhir aku melihatnya. Aku begitu sakit ....

Aku berusaha puluhan kali menemuinya ke rumahnya, tapi hanya pembantunya yang keluar dan bilang nonanya pergi atau seribu alasan lainnya. Nev... aku hanya minta maaf. Di hari wisudanyapun ternyata dia tidak datang. Aku semakin tenggelam dalam rasa bersalahku. Hingga suatu siang ada suara mengetuk. Nevakah? Begitu kubuka ternyata Don. Belum sempat aku bertanya sebuah pukulan mendarat di mukaku. Don hanya berkata lirih sambil melemparkan sepucuk surat, "Goblok! Kamu hampir memilikinya, tapi kamu sendiri yang merusaknya". Sambil menahan perih kubaca surat itu. Surat Neva!

"Don-ku sayang...
Maafkan aku. Saat kau baca surat ini aku sudah di Paris, kebetulan om Jon nawarin aku tinggal di sana. Jadi sekalian aku ambil sekolah film sekalian. Maafkan aku tak sempat bilang padamu tentang keputusanku ini. Don, tadinya kamu adalah satu-satunya lelaki yang ingin kuberikan seluruh hidupku. Aku menjadi sangat terluka saat kamu tidak menginginkan anak dariku. Meski kamu akhirnya mau menikah denganku.... Tetapi ternyata semuanya menjadi lain saat aku bertemu Iyok (Ah alangkah senangnya jika ada satu sosok gabungan antar dirimu dan Iyok). Aku juga menginginkan hidup bersamanya. Dan itu tidak adil bukan? Aku merasa mengkhianatimu saat bersamanya dan mengkhianatinya saat bersamamu. Saat kamu pergi ke Kalimantan aku pikir itu saat yang tepat untuk menguji perasaanku kepadamu dan kepadanya. Hidup bersamanya begitu rileks aku sungguh menikmatinya. Hampir saja kuputuskan untuk hidup bersamanya. Tapi ternyata rasa cintanya begitu 'menyesak'kan ruangku. Akupun tidak bisa hidup dengan cara itu. Don, aku harap kamu mengerti dengan pilihanku ini. Aku mencintaimu selamanya aku mencintaimu. Jika kamu sempat bertemu Iyok, tolong katakan bahwa aku hanya menyesal dia tidak bisa merasakan perasaanku kepadanya... just take care of yourself. Neva."

Aku hanya termangu. Karena itu setiap tahun aku pasti menyempatkan pergi ke hutan karet itu dengan seribu satu alasan ke istriku....

Catatan: Lima tahun yang lalu, Panca pernah melihatnya di bandara Changi. Neva bersama seorang anak perempuan usianya sekitar lima tahunan. Mereka sendirian sambil menunggu pesawat ke Paris. Aku begitu gemetar mendengarnya. Aku tidak berani memikirkan segala kemungkinan...

TAMAT