Wednesday, February 28, 2007

Satu Cerita Tentang "keluarga Elang"...

Alkisah di suatu negeri burung, tinggallah bermacam-macam keluarga burung.
Mulai dari yang kecil hingga yang besar. Mulai dari yang bersuara lembut
hingga yang bersuara menggelegar. Mereka tinggal di suatu pulau nun jauh di
balik bukit pegunungan.

Sebenarnya selain jenis burung masih ada hewan lain yang hidup di sana.
Namun sesuai namanya negeri burung, yang berkuasa dari kelompok burung.
Semua jenis burung ganas, seperti, burung pemakan bangkai, burung Kondor,
burung elang dan rajawali adalah para penjaga yang bertugas melindungi dan
menjaga keselamatan penghung negeri burung.

Burung-burung kecil bersuara merdu, bertugas sebagai penghibur. Kicau mereka
selalu terdengar sepanjang hari, selaras dengan desau angin dan gesekan
daun. Burung-burung berbulu warna warni, pemberi keindahan. Mereka bertugas
bekeliling negri melebarkan sayapnya, agar warna-warni bulunya terlihat
semua penghuni. Keindahan warnanya menimbulkan kegembiraan. Dan rasa gembira
bisa menular bagai virus, sehingga semua penghuni merasa senang.

Pada suatu ketika, di suatu tempat, seekor induk elang tengah mengerami telur-telurnya.
Setiap pagi elang jantan datang membawa makanan untuk induk elang. Akhirnya,
di satu pagi musim dingin telur-telur mulai menetas. Ada 5 anak elang yang
nampak kuat berdiri. Dua anak elang hanya mampu mengeluarkan kepalanya dari
cangkang telur harus berakhir dalam paruh sang ayah.

Dengan tangkas, elang jantan mengoyak cangkang telur lalu mematuk-matuk
calon anak yang tak jadi. Perlahan-lahan sang induk memberikan
potongan-potongan tubuh anaknya ke dalam paruh mungil anak-anak elang.
Kejam…? Ini hanya masalah kepraktisan. Untuk apa terbang dan mencari makan
jauh-jauh jika ada daging bangkai di dalam sarang. Sebagai hewan, elang
hanya mempunyai naluri dan akal tanpa nurani. Inilah yang membedakan manusia
dan hewan. Waktu berjalan terus, hari berganti hari. Anak-anak elang yang
berbentuk jelek karena tak berbulu, kini mulai menampakkan keasliannya.
Bulu-bulu halus mulai menutupi daging di tubuh masing-masing. Kaki kecil
anak-anak elang sudah mampu berdiri tegak. Walau kedua sayapnya belum tumbuh
sempurna.

Induk elang dan elang jantan, bergantian menjaga sarang. Memastikan tak ada
ular yang mengincar anak-anak elang dan memastikan anak-anak elang tak jatuh
dari sarang yang berada di ketinggian pohon.

Suatu pagi, saat induk elang akan mencari makan dan bergantian dengan elang
jantan menjaga sarang. Salah seekor anak elang bertanya: "Kapankah aku bisa
terbang seperti ayah dan ibu?"

Induk elang dan elang jantan tersenyum, bertukar pandang lalu elang jantan
berkata: "Waktunya akan tiba, anakku. Jadi sebelum waktu itu tiba, makanlah
yang banyak dan pastikan tubuhmu sehat serta kuat". Usai sang elang jantan
berkata, induk elang merentangkan sayapnya lalu mengepakkannya kuat-kuat.

Dalam sekejap, induk elang tampak sudah mulai menjauhi sarang.
Terlihat bagai sebilah papan berawarna coklat melayang di awan. Anak-anak
elang, masuk di bawah sayap elang jantan. Mencari kehangatan kasih sang
jantan.

Waktu berjalan terus, musim telah berganti dari musim dingin ke musim
semi. Seluruh permukaan pulau mulai menampakan warna-warni dedaunan. Bahkan sinar mentari memberi sentuhan warna yang indah.

Anak-anak elang pun sudah semakin besar dan sayapnya mulai ditumbuhi
bulu-bulu kasar. Suatu ketika seekor anak elang berdiri di tepi sarang,
ketika ada angin kencang, kakinya tak kuat mencengkeram tepi sarang sehingga
ia meluncur ke bawah. Induk elang langsung merentangkan sayang dan mendekati
sang anak seraya berkata: "Rentangkan dan kepakkan sayapmu kuat-kuat!"

Tapi rasa takut dan panik menguasai si anak elang, karenanya ia tak mendengar
apa yang dikatakan ibunya. Elang jantan menukik cepat dari jauh dan
membiarkan sayapnya terentang tepat sebelum si anak mendarat di tanah. Sayap
elang jantan menjadi alas pendaratan darurat si anak elang.

Si anak elang yang masih diliputi rasa panik dan takut tak mampu bergerak.
Tubuhnya bergetar hebat. Induk elang, dengan kasih memeluk sang anak.
Menyelipkan di bawah sayapnya dan memberikan kehangatan. Sesudah si anak
tenang dan tak gemetar, induk elang dan elang jantan membawa si anak kembali
ke sarang.

Peristiwa itu menimbulkan rasa trauma pada si anak elang. Jangankan berlatih
terbang dengan merentangkan dan mengepakkan sayap. Berdiri di tepi sarang
saja ia sangat takut. Kedua saudaranya sudah mulai terbang, walau masih dalam jarak
pendek. Hal pertama yang diajarkan induk elang dan elang jantan adalah
berusaha agar tidak mendarat keras di dataran.

Lama berselang setelah melihat kedua saudaranya berlatih, si elang yang
pernah jatuh bertanya pada ibunya:

"Adakah jaminan aku tidak akan jatuh lagi?"

"Selama aku dan ayahmu ada, kamilah jaminanmu!" jawab si induk elang dengan
penuh kasih.

"Tapi aku takut!' ujar si anak

"Kami tahu, karenanya kami tak memaksa." Jawab si induk elang lagi.

"Lalu apa yang harus kulakukan agar aku beraai?" tanya si anak

"Untuk berani, kamu harus menghilangkan rasa takut!"

"Bagaimana caranya?"

"Percayalah pada kami!" Ujar elang jantan yang tiba-tiba sudah berada di
tepi sarang.

Si anak diam dan hanya memandang jauh ke tengah lautan. Tiba-tiba si anak
elang bertanya lagi.

"Menurut ibu dan ayah, apakah aku mampu terbang ke seberang lautan?"

Dengan tenang si elang jantan berkata: "Anakku kalau kau tak pernah
merentangkan dan mengepakkan sayapmu, kami tidak pernah tahu, apakah kamu
mampu atau tidak. Karena yang tahu hanya dirimu sendiri!"

Lalu si induk elang menambahkan: "Mulailah dari sekarang, karena langkah
kecilmu akan menjadi awal perubahan hidupmu. Semua perubahan di mulai dari
langkah awal, anakku!"

Si anak elang diam tertegun, memandang takjub pada induk elang dan elang
jantan. Kini ia sadar, tak ada yang tahu kemampuan dirinya selain dirinya
sendiri. Kedua orang tuanya hanya memberikan jaminan mereka ada dan selalu
ada, jika si anak memerlukan.

Didorong rasa bahagia akan cinta kasih orang tuanya, si elang kecil berjanji
akan berlatih dan mencoba. Ketika akhirnya ia menggantikan elang jantan
menjadi pemimpin keselamatan para penghuni negeri burung, maka tahulah ia,
bahwa kesuksesan yang diraihnya adalah di mulai saat tekad terbangun untuk
melangkah. Sukses itu tak pernah ada kalau hanya sebatas tekad. Tapi tekad
itu harus diwujudkan dengan tindakan nyata walau di mulai dari langkah yang
kecil. Ke-trauma-annya hanya akan mengurungnya dalam belenggu kemanjaan.

Mulailah rentangkan dan kepakkan sayap kemampuanmu, maka dunia ada
digenggamanmu! Dan jangan pernah kau lupakan jasa kedua orang tuamu.

wassalam
Joe Sorjan

No comments: