Thursday, September 28, 2006

Satu Cerita Tentang Sepak Bola Agama

Sebelumnya penulis ingin menyampaikan bahwasanya cerita ini hanyalah fiktif belaka. Dengan tidak mengurangi rasa hormat saya pada tokoh-tokoh yang ada dalam cerita ini, tak ada maksud untuk merendahkan atau bahkan menghina. Justru penulis ingin menyampaikan betapa sebenarnya mereka begitu mulia, begitu agung. Selamat membaca, semoga bisa mengambil hikmahnya.

Wassalam

Joe Sorjan

~Ketika tak tahan lagi menahan murka melihat darah mengalir~

Dunia ribut, dimana-mana antrian panjang mewarnai kota-kota besar sampai desa terpencil, hari ini adalah hari dimulainya pendaftaran resmi untuk agama baru. Segera agama baru ini menjadi tren yang tak dapat dibendung lagi, segera mengalahkan pamor agama-agama yang sudah lama ada. Penganutnya terdiri dari semua golongan, dari presiden sampai tukang sampah, pria dan wanita, tua bangka sampai anak-anak kecil, semua begitu gandrung dengan agama baru ini. Mereka rela berjam-jam mengamalkan ajaran-ajaran agama baru itu dengan senang hati, dan tentu saja banyak dari mereka begitu fanatiknya sehingga rela menyerahkan apa saja, bahkan nyawa demi agama baru ini. Sebenarnya, sejak lama agama ini dilarang, banyak yang bilang, agama harus punya orang yang membawanya, baik itu nabi atau orang-orang suci lainnya. Agama harus punya serangkaian mekanisme yang jelas, punya ajaran tentang hidup setelah mati, punya surga dan neraka. Tapi siapa peduli, justru agama baru yang tak banyak punya peraturan, selain peraturan untuk berlaku jujur dan tidak bermain kotor, justru inilah yang banyak diminati. Apa lacur, akhirnya pihak berwenangpun harus mengijinkan agama baru ini terdaftar resmi. Buku-buku dan ensiklopediapun harus menambah daftar pustaka mereka untuk sebuah agama baru.


Dan sebagai tanda memperingati berdirinya agama baru ini, akan diadakan perhelatan akbar pertandingan sepakbola indoor, ada pula yang menyebutnya futsal. Ini mengingat animo yang begitu besar dari seluruh dunia untuk menghadiri pertandingan ini, akhirnya karena tidak ada satupun stadion di dunia yang mampu menampung pengunjung dengan jumlah yang sangat besar, maka diputuskan pertandingan ini diadakan di dalam stadion kecil dan disiarkan secara langsung ke seluruh dunia secara langsung. Dan ketika perayaan besar itu datang, dua tim tangguh sudah siap saling beradu strategi dan kemampuan.


Tim A dengan pemain-pemain yang sudah tak asing lagi malang melintang dalam dunia manusia, di bagian belakang sebagai penjaga gawang ada Zarathustra. Gelandang kanan sekaligus back Yesus, gelandang kiri sekaligus back Bahaullah, di bagian striker ada dua striker kawakan yang terkenal dengan tendangannya yang maut, Muhammad dan Plato. Di bangku cadangan tim A, ada tiga nama yang juga sudah tak asing lagi, Guru Nanak, Saladin dan Sai Baba.

Tim B adalah tim underdog, tim yang relatif baru, tetapi karena kesolidan mereka dan kekuatan taktik mereka, tentu akan menyajikan pertandingan menarik malam ini. Sebagai penjaga gawang, adalah Karl Marx yang walaupun desas-desusnya hidup beberapa bulan tanpa gaji dari klubnya, tetapi tetap dengan rela bermain dengan klubnya, karena memang kepemilikan klub ini adalah kepemilikan bersama, terutama pemain-pemainnya dan masyarakat kelas bawah. Sebagai gelandang kanan sekaligus back ada Nietszche, sedangkan di sebelah kiri ada Aristoteles. Striker andalan klub ini masih tetap sama, duo terkenal Einstein dan Sidharta. Di bangku cadangan ada dua nama yang tidak begitu dikenal khalayak ramai, yaitu Baruch Spinoza dan Jaini. Satu pemain juga dicadangkan karena sedang cedera otot kaki yaitu Charles Darwin.


Pengamanan pertandingan begitu ketat, hanya orang-orang tertentu saja yang dengan acak dipilih untuk bisa menonton secara langsung pertandingan ini. Tidak boleh membawa apapun, baik itu pamflet, spanduk, bahkan bendera kecilpun tidak boleh. Tetapi walaupun begitu, di luar stadion sudah banyak kerumunan massa yang menjagokan tim masing-masing. Banyak sudah bendera-bendera besar bertebaran di tepi jalan, ada bendera bergambar bulan bintang, ada palu arit, palang salib, swastika, dan lain sebagainya. Tetapi tentu saja mereka tidak boleh masuk ke dalam stadion, satu-satunya bendera yang ada di dalam stadion adalah sebuah bendera berukuran 4x5 meter berwarna biru yang bergambarkan bulatan menyerupai bola ditengahnya. Di dalam bulatan ada tulisan melingkar " Love n Peace".


Priiiiiiiitttttttttttttttttt...............pertandingan pun dimulai.................


Tim A tampil menyerang lebih dulu, umpan-umpan dari Yesus kepada Muhammad atau Plato berkali-kali membahayakan gawang yang dijaga Karl Marx. Setelah sepuluh menit pertandingan berlangsung, tim B mulai kedodoran di bagian pertahanan. Nietszche berulang kali membiarkan Muhammad lepas dari penjagaannya, Muhammad berlari lebih kencang daripada Nietszche. Tetapi penyelamatan-penyelamatan yang Marx lakukan memang luar biasa, sehingga gawang yang dia jaga masih belum kebobolan. Hingga pada menit ke 20, Yesus memberikan umpan silang kepada Plato, yang kemudian disambut dengan tendangan salto, tetapi meleset di samping gawang Marx. Beberapa menit kemudian, Plato mendapatkan kesempatan bagus dan lepas dari pengamatan Marx, segera dia melepaskan tendangan jarak jauh, ah….namun sayang bola masih membentur mistar gawang, tetapi ternyata ada Muhammad yang dengan segera menyambar bola muntahan itu dan memasukkan ke gawang Marx, dan kedudukan pun menjadi 1- 0 untuk Tim A. Sorak sorai pendukung meluap, Tim A menunjukkan kelasnya sebagai tim papan atas. Pelatih tim B segera bertindak, Nietszche segera ditarik dari lapangan, penyakit siphilis yang dideritanya memang sudah akut, dan itu memang mempengaruhi staminanya. Spinoza segera masuk menggantikan Nietszche, pemain kelahiran Amsterdam ini memang lebih dikenal sebagai pemain tanpa pusar, karena staminanya yang kuat dan lain dari Nietszche, walaupun tinggal di Amsterdam, dia tidak pernah bermain esek-esek dengan pelacur.


Setelah unggul 1- 0, tim A segera menurunkan tempo permainan, mereka lebih cenderung bermain bertahan. Taktik catenaccio yang dipilih memang efektif, menjelang turun minum, kedudukan masih tetap 1- 0 untuk keunggulan tim A. Rupanya taktik mereka untuk mengunci Einstein berhasil, Einstein hampir tidak dapat menyentuh bola lebih dari 5 detik. Selain itu Sidharta selalu ditempel ketat oleh Bahaullah. Taktik bertahan disertai sesekali menyerang ini memang menjadi andalan tim A.


Setelah 10 menit turun minum, babak kedua pun dimulai. Tim B sekarang yang tampil menyerang, keempat pilar tim B bekerja ekstra keras. Mereka rupanya menerapkan taktik total football, yang walaupun sangat menguras energi, tapi rupanya mereka tidak punya pilihan lain. Berkali-kali tim B mencoba menembus pertahanan tim A, tetapi selalu gagal. Bahkan beberapa serangan balik dari Tim A sempat membahayakan gawang tim B. 10 menit menjelang pertandingan usai, assist yang sangat bagus sekali dari Sidharta, langsung menusuk jantung pertahanan tim A. Einstein menggiring bola sebentar, ia berhasil mengecoh Yesus dan akhirnya diselesaikan dengan manis oleh Einstein. Kedudukan pun sekarang sama 1- 1. Stadion tiba-tiba gemuruh, para pendukung tim A merasa tidak puas. Mereka melemparkan botol ke lapangan, sementara itu di luar gedung, terjadi keributan luar biasa. Pendukung tim A dan tim B bentrok, petugas keamanan segera datang untuk meredakan suasana. Di dalam stadion, semakin banyak botol-botol yang masuk ke lapangan, disertai dengan sorakan cemoohan. Untuk sementara pertandingan dihentikan guna meredakan suasana. Wakil dari tim A, Yesus dan wakil tim B, Karl Marx segera mengambil gerakan sigap. Mereka menyerukan kepada para penonton untuk segera tenang, karena tujuan pertandingan ini adalah persahabatan dan pengertian, bukan kerusuhan dan keributan.


Setelah suasana agak tenang, pertandingan pun diteruskan. Walaupun di luar stadion, keributan masih terus terjadi. Petugas keamanan sampai kuwalahan untuk meleraikannya. Para pemain kedua tim sudah agak kehilangan konsentrasi, terutama tim A sudah mulai agak frustasi karena catenaccio mereka mendapat counter attack yang efektif dengan total football. Berkali-kali serangan mendadak 4 pilar tim B membahayakan gawang yang dijaga Zarathustra. Kedudukan masih 1-1 saat injury time. 3 menit extra diberikan. Tim B masih terus mendesak pertahanan tim A, hingga saat Yesus kehilangan kontrol atas bola dan direbut oleh Aristoteles, dengan kecepatan tinggi Ary (panggilan Aristoteles) segera menunjukkan individual skill nya yang luar biasa. Dia berhasil menggiring bola sampai ke titik penalti, sebelum akhirnya dijegal oleh Plato dari belakang. Tackle Plato cukup keras sehingga Ary kelihatan kesakitan, wasit segera menunjuk titik putih. Tim B mendapatkan hadiah tendangan pinalti, hanya beberapa detik sebelum pertandingan berakhir. Ary protes kepada wasit, seharusnya Plato yang notabene orang yang pernah mengajari Ary sepak bola diberi ganjaran kartu kuning atau bahkan kartu merah. Tetapi wasit tak bergeming, Tim B hanya mendapat pinalti. Stadion menjadi ribut tidak karu2an, penonton semakin banyak melemparkan semua barang ke dalam lapangan, bahkan ada yang terlihat mencabut bangku penonton dan melemparkannya ke dalam lapangan. Tetapi wasit memutuskan melanjutkan pertandingan, tendangan pinalti diambil oleh Einstein. Dengan penuh percaya diri, Einstein melesakkan bola ke pojok gawang. Zarathustra hanya terlihat terdiam bengong. Kegembiraan meledak, tim B bersorak sorai karena kemenangan gemilang ini. Tetapi di luar lapangan keributan semakin menjadi2, hooligan agama ini ternyata tak hanya membuat keributan dengan fans tim B, tetapi juga membikin keributan di antara mereka sendiri. Sebagian menyalahkan yang lain karena blunder yang dibuat tim A menjelang akhir pertandingan. Terdengar teriakan2 dan mulai timbul korban jiwa.


Wasit meniup peluit panjang tanda pertandingan usai, pemain kedua tim mulai bertukar pakaian dan saling berpelukan. Karl Marx kelihatan malah bercanda dengan Yesus, di pojok lapangan nampak Muhammad dan Ary sedang serius membicarakan sesuatu. Tiba-tiba Muhammad dan Ary memanggil rekan tim masing-masing untuk segera berkumpul. Setelah membentuk lingkaran seperti akan bertanding kembali, kedua tim beserta pemain cadangan berjalan ke tengah lapangan. Keributan masih terus berlangsung, baik di dalam stadion maupun di luar.


Muhammad : " Saudara-saudara ku yang terkasih, jika kalian tidak segera menghentikan kekerasan ini, kami berjanji bahwa pertandingan ini adalah pertandingan terakhir kami."

Ary : " Binatang-binatang yang mengaku manusia, berhentilah berkelahi. Bumi sudah cukup puas menerima cucuran darah kalian. Ekam Sat Vipraha Bahudha Vadanti. ".*

Tetapi rupanya kerusuhan antar hooligan itu terus berlanjut..................................

No comments: