Sebelumnya penulis ingin menyampaikan bahwasanya cerita ini hanyalah fiktif belaka. Dengan tidak mengurangi rasa hormat saya pada tokoh-tokoh yang ada dalam cerita ini, tak ada maksud untuk merendahkan atau bahkan menghina. Justru penulis ingin menyampaikan betapa sebenarnya mereka begitu mulia, begitu agung. Selamat membaca, semoga bisa mengambil hikmahnya.
Wassalam
Joe Sorjan
~Ketika tak tahan lagi menahan murka melihat darah mengalir~
Dan sebagai tanda memperingati berdirinya agama baru ini, akan diadakan perhelatan akbar pertandingan sepakbola indoor, ada pula yang menyebutnya futsal. Ini mengingat animo yang begitu besar dari seluruh dunia untuk menghadiri pertandingan ini, akhirnya karena tidak ada satupun stadion di dunia yang mampu menampung pengunjung dengan jumlah yang sangat besar, maka diputuskan pertandingan ini diadakan di dalam stadion kecil dan disiarkan secara langsung ke seluruh dunia secara langsung. Dan ketika perayaan besar itu datang, dua tim tangguh sudah siap saling beradu strategi dan kemampuan.
Tim A dengan pemain-pemain yang sudah tak asing lagi
Tim B adalah tim underdog, tim yang relatif baru, tetapi karena kesolidan mereka dan kekuatan taktik mereka, tentu akan menyajikan pertandingan menarik malam ini. Sebagai penjaga gawang, adalah Karl Marx yang walaupun desas-desusnya hidup beberapa bulan tanpa gaji dari klubnya, tetapi tetap dengan rela bermain dengan klubnya, karena memang kepemilikan klub ini adalah kepemilikan bersama, terutama pemain-pemainnya dan masyarakat kelas bawah. Sebagai gelandang kanan sekaligus back ada Nietszche, sedangkan di sebelah kiri ada Aristoteles. Striker andalan klub ini masih tetap sama, duo terkenal Einstein dan Sidharta. Di bangku cadangan ada dua nama yang tidak begitu dikenal khalayak ramai, yaitu Baruch Spinoza dan Jaini. Satu pemain juga dicadangkan karena sedang cedera otot kaki yaitu Charles Darwin.
Pengamanan pertandingan begitu ketat, hanya orang-orang tertentu saja yang dengan acak dipilih untuk bisa menonton secara langsung pertandingan ini. Tidak boleh membawa apapun, baik itu pamflet, spanduk, bahkan bendera kecilpun tidak boleh. Tetapi walaupun begitu, di luar stadion sudah banyak kerumunan
Priiiiiiiitttttttttttttttttt...............pertandingan pun dimulai.................
Tim A tampil menyerang lebih dulu, umpan-umpan dari Yesus kepada Muhammad atau Plato berkali-kali membahayakan gawang yang dijaga Karl Marx. Setelah sepuluh menit pertandingan berlangsung, tim B mulai kedodoran di bagian pertahanan. Nietszche berulang kali membiarkan Muhammad lepas dari penjagaannya, Muhammad berlari lebih kencang daripada Nietszche. Tetapi penyelamatan-penyelamatan yang Marx lakukan memang luar biasa, sehingga gawang yang dia jaga masih belum kebobolan. Hingga pada menit ke 20, Yesus memberikan umpan silang kepada Plato, yang kemudian disambut dengan tendangan salto, tetapi meleset di samping gawang Marx. Beberapa menit kemudian, Plato mendapatkan kesempatan bagus dan lepas dari pengamatan Marx, segera dia melepaskan tendangan jarak jauh, ah….namun sayang bola masih membentur mistar gawang, tetapi ternyata ada Muhammad yang dengan segera menyambar bola muntahan itu dan memasukkan ke gawang Marx, dan kedudukan pun menjadi 1- 0 untuk Tim A. Sorak sorai pendukung meluap, Tim A menunjukkan kelasnya sebagai tim papan atas. Pelatih tim B segera bertindak, Nietszche segera ditarik dari lapangan, penyakit siphilis yang dideritanya memang sudah akut, dan itu memang mempengaruhi staminanya. Spinoza segera masuk menggantikan Nietszche, pemain kelahiran
Setelah unggul 1- 0, tim A segera menurunkan tempo permainan, mereka lebih cenderung bermain bertahan. Taktik catenaccio yang dipilih memang efektif, menjelang turun minum, kedudukan masih tetap 1- 0 untuk keunggulan tim A. Rupanya taktik mereka untuk mengunci Einstein berhasil, Einstein hampir tidak dapat menyentuh bola lebih dari 5 detik. Selain itu Sidharta selalu ditempel ketat oleh Bahaullah. Taktik bertahan disertai sesekali menyerang ini memang menjadi andalan tim A.
Setelah 10 menit turun minum, babak kedua pun dimulai. Tim B sekarang yang tampil menyerang, keempat pilar tim B bekerja ekstra keras. Mereka rupanya menerapkan taktik total football, yang walaupun sangat menguras energi, tapi rupanya mereka tidak punya pilihan lain. Berkali-kali tim B mencoba menembus pertahanan tim A, tetapi selalu gagal. Bahkan beberapa serangan balik dari Tim A sempat membahayakan gawang tim B. 10 menit menjelang pertandingan usai, assist yang sangat bagus sekali dari Sidharta, langsung menusuk jantung pertahanan tim A. Einstein menggiring bola sebentar, ia berhasil mengecoh Yesus dan akhirnya diselesaikan dengan manis oleh Einstein. Kedudukan pun sekarang sama 1- 1. Stadion tiba-tiba gemuruh, para pendukung tim A merasa tidak puas. Mereka melemparkan botol ke lapangan, sementara itu di luar gedung, terjadi keributan luar biasa. Pendukung tim A dan tim B bentrok, petugas keamanan segera datang untuk meredakan suasana. Di dalam stadion, semakin banyak botol-botol yang masuk ke lapangan, disertai dengan sorakan cemoohan. Untuk sementara pertandingan dihentikan guna meredakan suasana. Wakil dari tim A, Yesus dan wakil tim B, Karl Marx segera mengambil gerakan sigap. Mereka menyerukan kepada para penonton untuk segera tenang, karena tujuan pertandingan ini adalah persahabatan dan pengertian, bukan kerusuhan dan keributan.
Setelah suasana agak tenang, pertandingan pun diteruskan. Walaupun di luar stadion, keributan masih terus terjadi. Petugas keamanan sampai kuwalahan untuk meleraikannya.
Wasit meniup peluit panjang tanda pertandingan usai, pemain kedua tim mulai bertukar pakaian dan saling berpelukan. Karl Marx kelihatan malah bercanda dengan Yesus, di pojok lapangan nampak Muhammad dan Ary sedang serius membicarakan sesuatu. Tiba-tiba Muhammad dan Ary memanggil rekan tim masing-masing untuk segera berkumpul. Setelah membentuk lingkaran seperti akan bertanding kembali, kedua tim beserta pemain cadangan berjalan ke tengah lapangan. Keributan masih terus berlangsung, baik di dalam stadion maupun di luar.
Muhammad : " Saudara-saudara ku yang terkasih, jika kalian tidak segera menghentikan kekerasan ini, kami berjanji bahwa pertandingan ini adalah pertandingan terakhir kami."
Ary : " Binatang-binatang yang mengaku manusia, berhentilah berkelahi. Bumi sudah cukup puas menerima cucuran darah kalian. Ekam Sat Vipraha Bahudha Vadanti. ".*
Tetapi rupanya kerusuhan antar hooligan itu terus berlanjut..................................
No comments:
Post a Comment