Tuesday, July 18, 2006

Satu cerita tentang sahabat

Aku Sahabatmu?



Siang itu aku makan siang dengan seorang gadis cantik. Kami makan nasi dengan ayam goreng pecel dan soto ayam, ditemani lilin menyala untuk mengusir lalat, sambil meminum ‘fresh tea’ dan juga es jeruk. Pertemananku dengan dia membuat kami saling bisa mengerti dan saling mensharingkan cerita kami masing-masing, dia pun tidak ragu menceritakan pengalamannya begitu pula dengan aku, sudah banyak sharing yang aku dengar dari dirinya.
Dia seorang Kristen Protestan, kami bertemu dengan kisah yang unik, dan kami bisa saling menyatu karena pandangan yang sama antar dia dan aku, saat itu dia bercerita tentang kisah pertemanannya dengan para pengamen bis kota, dimana ternyata temanku ini dengan mudahnya membaur dengan mereka. Ceritanya tentang bagaimana saat dia pergi kuliah naik bis, kemudian bertemu dan berteman dengan mereka para pengamen itu, sehingga para pengamen itu mengenalnya dan bukan hanya mengenal tapi menjadikannya teman, secara fisik temanku ini berkulit putih dan manis, dan banyak orang pun bingung akan sikap dia dan para pengamen.
Dari ceritanya pernah beberapa kali para penumpang lain menegurnya karena kedekatannya dengan para pengamen ini, penumpang itu bertanya, apakah para pengamen itu temannya? Karena bingung akan sikap pengamen itu yang kadang langsung bercanda dan mengobrol dengan temanku ini.
Sering kali kalau naik bis saat para pengamen masuk dan menemukan dia dalam bis, langsung saja dibangunin jika tertidur, dan juga lama kelamaan mereka para pengamen ini tidak mau menerima uang dari pemberian temanku ini. Karena mereka menganggap temanku ini adalah teman mereka, teman di dalam bis, teman yang benar mau menerima apa adanya, dan tidak hanya terbatas dalam bis saja, pertemanan ini berlanjut.
Sehingga sungguh suatu hal yang aneh di mata orang lain melihat seorang gadis cantik berteman dengan para pengamen ini, dan apa yang ditunjukkan pengamen ini pun baik, dimana mereka merasa dihargai dan mereka sangat menghormati temanku ini, mereka seakan melindunginya dalam perjalanan bis ini, dan kadang kali bercandaan terjadi di dalam bis.
Ceritanya berlanjut dimana suatu kali pun ada seorang pengamen yang curhat kepadanya bahwa dia telah menikah dan mempunyai anak tapi harus berpisah dengan mereka karena orang tua kekasihnya tidak setuju, perpisahan ini membuatnya bingung dan dia tidak tahu harus cerita ke siapa, sampai dia ketemu temanku di bis dan dia bisa cerita apa adanya. Temanku bingung harus gimana tapi dia mendengarkan dan berusaha memberikan dukungan pada dia. Sungguh suatu pertemanan yang bisa dikatakan sulit terjadi, tetapi bisa terjadi dengan sikap yang memang dipunyai setiap manusia, seperti Ibu Teresa berkata “Di dalam setiap orang ada kebaikan”.

Para pengamen dan anak-anak jalanan telah mendapatkan stempel tidak baik, anak-anak kurang ajar, anak-anak jahat, sehingga mereka pun semakin susah untuk berteman, padahal mereka adalah orang yang butuh perhatian, orang yang butuh seseorang yang bisa membimbing mereka, bisa menghargai mereka apa adanya, sehingga mereka melihat bahwa mereka pun berharga, mereka itu adalah ciptaan Tuhan yang sempurna, mereka juga mendapatkan Kasih Tuhan yang sempurna, dunia mereka lahirlah yang membuat mereka begitu. Bukan salah mereka, ada dari mereka yang juga merupakan anak-anak yang lari dari rumahnya karena tidak tahan perlakuan orang tuanya, ada juga dari mereka yang ditinggalkan orang tuanya, ada juga dari mereka yang harus berjuang demi hidup dan menghidupi adik-adiknya walau mereka masih dibawah 10 tahun.

Kalau kita bertanya kenapa Tuhan membiarkan itu semua, justru kita bisa bertanya kenapa kita berperilaku seperti kebanyakan orang, kenapa kita tidak bisa berteman dengan mereka, tidak menerima mereka, merasa jijik dll, pernahkan dari kita bertanya kepada diri sendiri kalau sebenarnya Tuhan telah mengirimkan penolong bagi mereka yah diri kita ini. Pernahkah hati kita terketuk utk hal ini dan tidak membiarkan hal ini terjadi? Tidak perlu memberikan banyak hal kepada mereka, mereka butuh pertemanan, lihatlah apa yang terjadi, dengan berteman malah para pengamen itu tidak mau lagi menerima uang dari temanku itu, karena merasa dia adalah temannya.

Memang masih sulit untuk memulai ini di jalanan, tapi kita bisa merubah sikap kita dalam kehidupan sehari-hari, seperti dengan supir, dengan pembantu, pegawai di kantor, dengan menghargai mereka apa adanya, menerima mereka, mereka akan juga melihat betapa Tuhan itu baik, dan juga betapa besar kasih Tuhan, apakah kita hanya terus berbicara kasih tanpa kita sendiri yang sudah merasakan kasih tidak bisa memberikan dan memperpanjangkan kasih Tuhan yang kita terima?

Jika kita bisa berbuat satu kasih kepada satu orang itu sangat bernilai, apakah anda tidak lihat bagaimana para pengamen yang dimata banyak orang adalah orang tidak baik tetapi bisa berbuat kasih? Kasih itu akan mudah tersebar lagi jika dia melakukan hal itu pada orang lain, tidak usahlan banyak hal yg dilakukan tapi berusahalah berbuat satu perbuatan kasih dengan satu orang saja, anda telah melakukan sesuatu yang berharga.

Cerita temanku pun berlanjut dimana dia mengundang para pengamen itu yang dia kenal untuk ikut merasakan kasih Tuhan dalam acara retreat, perbedaan agama disini memang ada, tapi yang ditekankan adalah kasih, dan dengan berani pula temanku ini meminta mereka untuk membuat suatu drama tentang kehidupan mereka dan hubungannya dengan Tuhan.
Apa yang terjadi? Kesempatan yang diberikan yang dipercayakan kepada mereka yang mungkin belum pernah mereka dapatkan selama ini begitu menggugah mereka, mereka tidak tidur mempersiapkan drama ini, dari cerita temanku mereka berhasil membawakan suatu karya yang bagus yang intinya bertanya “Dimana Tuhan”, dan mereka bisa merasakannya di tempat itu, dimana seseorang yang paling ditakuti, tapi saat itu menangis karena merasa dihargai, menangis karena ternyata Tuhan tetap mengasihinya.

Lihatlah kalau Tuhan begitu mengasihi manusia apa adanya, dan apakah kita yang berdosa ini masih memandang sesama kita dengan membuat stempel-stempel? dengan membuat kelompok2, ataukah kita siap membuang kaca mata hitam atas diri mereka dan merangkul mereka sebagai sahabat.

Satu hal yang mungkin aku bisa katakan, apa yang dilakukan temanku telah membuat mereka merasakan Tuhan, karena Kasih Tuhan sungguh besar, dan satu pertanyaan untuk diri kita “apakah kita mau menjadi perpanjangan kasih itu?” sehingga orang lain pun merasakan Kasih Tuhan, dan sadar bahwa Tuhan selalu ada dihidup kita.

Wassalam
Joe Sorjan

dari Tetangga

No comments: