Tuesday, October 03, 2006

Satu Cerita Revolusi Mata Hati..

REVOLUSI MATA HATI

" Kawan-kawan, dalam semangat kebebasan dan kebersamaan, marilah kita kepalkan tangan kita ke atas dan berteriak merdeka, sekaligus sebagai tanda dibukanya rapat singkat malam ini"
Ruangan riuh, pimpinan rapat, seorang pemuda berbadan gempal, berambut kriting dan berkulit hitam segera memberi aba2.................
"Satu, dua, tiga...."
" Merdeka..................!!!!!"
Hampir 200-an pemuda dan anak-anak, pria dan wanita berjubel di tempat kecil itu. Suasana begitu pengap namun terasa cair, nyaman, dan dingin cuaca menambah kedekatan satu sama lain. Mereka duduk lesehan membentuk lingkaran, di tengah-tengah lingkaran, setangkai mawar merah dengan beberapa helai daun yang masih berwarna hijau tua berdiri tegak menawarkan cinta dan persahabatan. Serta kain putih panjang bertuliskan :

*
Ikutilah Jejak Pelangi Hingga Kau Temukan Mimpi

Mimpi Yang Kau Butuhkan Untuk Cinta yang Kau Miliki
Sepanjang Hari, Seumur Hidupmu

Pimpinan Rapat :" Kawan-kawan senasib serasa, kita berkumpul di sini, mencoba mencari jalan keluar terbaik atas nasib bumi. Semakin ke depan, bumi bukannya semakin baik, tetapi malah semakin kotor oleh perbuatan orang-orang terdahulu kita. Kita memang belum lama dilahirkan, banyak yang belum kita tahu, dan kita masih perlu banyak belajar. Tapi satu hal yang pasti yang kita tahu, kita berhak menentukan masa depan kita sendiri. Jika keadaan seperti sekarang ini terus berlanjut, maka masa depan kita akan terbelenggu oleh kegelapan, setan-setan akan semakin bebas da berani berkeliaran dengan memakai topeng-topeng kebaikan. Dan mau tidak mau kita harus mengakui, itulah masa depan kita nantinya kawan-kawan. Silahkan...tanggapan dari kawan-kawan.."

Delegasi Aceh : "Permasalahan yang kita hadapi sangat kompleks Kawan-kawan semua. Tapi kalau kita tilik dari sejarah peradaban manusia, ini sudah menjadi sunnatullah (hukum alam) bahwa kesejahteraan bangsa di dunia ini digilirkan. Jadi..."

Delegasi Rusia : " Interupsi...., maaf kawan..., tadi kau bilang kesejahteraan itu digilirkan. Dari mana kau bisa dapatkan kata-kata itu, kenyataannya adalah kesejahteraan diambil atau bahkan dirampas dari manusia satu untuk kesejahteraan manusia lain. Itu sangat berbeda dengan penggiliran. Dan kalau kita masih waras, kesejahteraan itu hak semua manusia, bukan hak sebagian kecil manusia."

Delegasi Iran : " Aku sependapat denganmu kawan dari Rusia. Manusia dari dulu sampai sekarang, dari berbagai suku, agama, ras, selalu mengatakan bahwa tujuan diciptakan manusia adalah rahmat bagi alam semesta, tetapi kenyataan berbicara lain. Kehadiran kita justru sering menjadi malapetaka buat alam dan penghuninya."

Delegasi Gabon : " Kawan, aku rasa wacana penggiliran kesejahteraan ini tidak tepat pada substansi rapat kita malam ini. Yang harus kita pahami bersama adalah bahwa bumi ini akan dititipkan kepada kita, dan yang nantinya akan kita teruskan kepada anak cucu kita. Permasalahannya adalah apakah titipan itu akan dengan baik sampai kepada kita, sehingga kita suatu saat akan dengan baik pula meneruskannya kepada anak cucu kita."

Delegasi Lithuania : " Jawaban atas pertanyaanmu sudah jelas kawan dari Gabon, kita akan mewarisi dunia yang carut marut. Yang oleh orang tua kita telah dibelok-belokan sehingga semakin semrawut seperti benang kusut. Dan kita sebagai generasi penerus, tidak punya pilihan lain, kita harus menerima itu."

Delegasi Rusia : " Dunia memang sudah gila kawan, di planet kita yang biru dan subur ini, tiap harinya masih ada ribuan teman kita yang mati karena kelaparan. Kelaparan yang terstruktur, kemiskinan yang nampak sengaja dibuat. Jauh lebih banyak dari kematian 2000 an manusia di New York karena ulah biadab teroris itu. Dan yang memerangi teroris pun tak kalah biadab, hanya menggunakan isu teroris untuk kepentingan sendiri. Menguasai dunia dan sumber-sumbernya. Mereka bisa ongkang-ongkang kaki di istana dan tanah-tanahnya yang luas, sedangkan atas ulah mereka,seperti yang kita ribuan orang membeku di tenda-tenda sementara, kekurangan makanan dan selimut hangat di musim dingin."

Delegasi Malaysia : " Engkau benar kawan, perang melawan terorisme, perang yang patut ditertawakan. Apakah mereka jujur dengan menyebut bangsa kami teroris, bukankah bangsa-bangsa utara itulah yang dari dulu teroris, bahkan sekarang pun masih menyebarkan kematian dan teror di Negara-negara kami. Kapitalis-kapitalis itu selalu berprinsip "Turuti kami atau mati", dan kawan-kawan pun sudah tahu pasti bahwa kata-kata "Turuti kami" sama dengan "melayani kami". apakah mereka kira bahwa sistem mereka yang terbaik. Sistem itu tidak ada yang sempurna kawan, norma itu relatif wahai sahabatku. Bukankah bangsa-bangsa dari Utaralah yang sejak dulu menjajah dan merampok kekayaan bangsa selatan, memperkosa hak-hak kami, menindas dan kemudian dengan seenaknya pergi tanpa pernah meminta maaf sama sekali. Tujuan mereka sudah jelas, menguasai. Siapapun yang menentang dihabisi. Sekarang mereka lebih menyebut kalangan Islam sebagai lawan, padahal perang ini bukanlah perang melawan Islam apalagi terorisme, tapi perang antara yang mau mendominasi dan yang tidak mau didominasi. Hegemoni bangsa Utara sudah waktunya dihentikan. Semua bangsa berhak menentukan nasibnya, siapakah bangsa Utara sehingga merasa berhak mengatur bangsa Selatan."

Delegasi Vatican :" Aku setuju kawan, suatu saat jika Islam telah hancur, kekuatan apapun yang mencoba menyaingi atau berkata tidak atas kekuasaan bangsa Utara, pastinyapun akan dihancurkan"

Delegasi Cina : " Tapi permasalahan ini tidak hanya masalah Utara dan Selatan, Barat dan Timur. Lebih jauh dari itu, penguasa-penguasa tiran itu ada dimana saja di hampir semua negara. Tidak hanya bajingan global yang ada, tetapi bajingan lokal pun tak kalah banyaknya."

Delegasi Palestina : " Maaf kawan, agenda utama kita haruslah masalah Kemelut di Negeri Kami. Karena kalau masalah Palestina tidak diselesaikan, itu akan menjadi dosa sejarah yang akan kita tanggung. Tahun 1948, kami telah diusir dari tanah air kami sendiri, kemudian kami pun harus terusir dari barak-barak pengungsi. Bukankah bangsa manusia sudah sepakat, bahwa penjajahan itu haram, dan tak bisa dilegalisasikan dengan alasan apapun. Tapi penjajahan Israel atas Palestina benar-benar di luar batas, tidak hanya tanah kami yang diambil, tetapi juga kebebasan kami, akses ekonomi, bahkan hak kami untuk tersenyum pun sudah tiada lagi. Dan penjajahan atas kami justru mendapat dukungan dari negara superpower, dan kami yang berjuang menuju kemerdekaan justru disebut teroris. Demikianlah kawan-kawan, sejak dulu ketika bangsa terjajah ingin merdeka, selalu digembar-gemborkan propaganda bahwa perjuangan itu salah dan tak berprikemanusiaan, padahal siapakah yang tidak berprikemanusiaan, yang menjajah atau yang dijajah...?.

Delegasi Israel : " Kawan, berpikirlah lebih jernih, engkau bilang begitu karena engkau belum mengenalku, aku sendiri tidak setuju akan kebiadaban bapakku, engkau kira aku senang ketika melihat saudara-saudaraku menangis karena ketakutan, kelaparan dan kehausan, sedangkan aku duduk nyaman di depan televisi, makan enak dan tidur di kasur empuk. Kami sudah cukup bersalah ketika mengusirmu dari tanah kalian dulu, dan kalian sudah cukup baik dengan tidak mengungkit-ungkit masalah itu. Kami tahu bahwa keinginan kalian hanyalah merdeka dan hidup berdampingan. Seharusnya negara Israel pun tidak pernah ada, tetapi karena kemurahan manusia Palestina lah negara Israel ada. Kami kaum muda, berjanji untuk membuat hubungan kami dengan kalian menjadi hubungan yang sepadan, dan sebagai rasa tanggung jawab kami sekaligus sebagai wujud rasa bersalah, kami berjanji untuk membantu kalian sekuat tenaga untuk bisa sejahtera."

Delegasi Palestina :" Mulut manis, hanya bicara tapi tak pernah ada buktinya, kami sudah kenyang dengan janji-janji kalian sejak perjanjian Oslo. Pimpinan rapat, saya minta dengan hormat agar delegasi Israel dikeluarkan dari forum ini."

Delegasi Israel : “ Itulah memang watak leluhur kami, cukup janji tak perlu bukti, namun haruskah kita menggunakan sistem pukul rata? Bukankah Orang Israel juga manusia? Yang juga ciptaan Tuhan? Bukankah tanah itu justru sebelumnya tanah leluhur kami dari kaum Nabi Musa?
Saudara juga jangan suka memutar balikkan sejarah?”

Perdebatan yang semakin meruncing, Mata delegasi Israel sudah merah menyala menahan murka, laksana tatap mata seekor predator yang hendak menerkam mangsa. Mencoba berdiri dan menghampiri delegasi Palestine. Namun belum sempat Delegasi Israel berdiri, beberapa delegasi yang berdekatan posisinya dengan delegasi Israel segera memegangi bahu delegasi Israel untuk menenangkan hatinya dan agar tidak terjadi keributan yang lebih parah. Pimpinan delegasi segera mengetukkan palunya.

Pimpinan Delegasi : " Tenang kawan-kawan....saya mohon untuk tetap menggunakan kepala dingin dalam forum ini. Bukankah kita bisa dan mau berkumpul disini karena rasa damai, tak ada dendam. Bukankah kita disini berkumpul untuk memperbaiki apa yang orang terdahulu kita telah wariskan pada kita? Apa bedanya kita dengan mereka bila kita juga mengutamakan emosi? Harap Tenang….!!!

Delegasi Palestine : “Maaf teman-teman semuanya. Maafkan saya….”

Kemudian berdiri dan menghampiri Delegasi Israel dan mengulurkan tangan, kemudian mereka saling berpelukan tanda saling memaafkan kekeliruan masing-masing.

Delegasi Australia : " Kawan, kita jangan terkotak-kotak seperti ini, saling curiga di antara kita, dengan segala alasan. Perang peradaban kita saat ini sengaja diciptakan, karena tidak ada yang berkuasa kalau tidak ada yang dikuasai. Hubungan dunia utara dan selatan adalah hubungan tuan dengan buruh. Hubungan antara Barat dan Timur adalah hubungan antara yang mau mendominasi dan yang akan didominasi. Tapi yang kawan-kawan harus sadari, kita tidak bisa memakai sistem pukul rata. Banyak di antara manusia-manusia Barat juga sadar bahwa tata dunia kita sekarang ini sangat carut marut, perlu diperbaiki. Tak sedikit manusia-manusia Utara merasa perlu untuk memperjuangkan manusia-manusia dari Selatan. Justru di forum seperti ini kita bertemu, untuk membangun kesadaran bersama, bahwa penindas ada di mana-mana, tak perduli bangsa, agama, ras ataupun embel-embel lain yang dia miliki. Dan penindas-penindas itu harus kita lawan bersama-sama"

Delegasi Ethiopia : " Di saat satu negara bingung melawan obesitas (kegemukan), negara lain kekurangan makanan, kalian tahu, kami cuma makan kubis-kubis liar dari semak-semak, itupun tidak selalu ada setiap harinya. Tetapi ketika kami meminta bantuan, kalian bilang itu hanya kesalahan kami. Kesalahan bangsa bodoh yang tak mampu menghidupi diri sendiri. Tapi kalian harus juga tahu, ini fenomena global kawan, jika kau mengotori langit, langit kamipun terkotori. Jika kau melubangi ozon, panasnya bumi pun kami ikut merasakan. Kalian bisa bersenang-senang tetapi kami menerima akibat dari perbuatan kalian. Segelintir ada yang mengulurkan tangan, tapi uluran dari negara kalian pun datang dengan setengah hati, membantu kalau sudah kelaparan kami mewarnakan kematian. Itupun harus dikompas disana-sini oleh birokrat-birokrat tak berperikemanusiaan."

Delegasi Uni Eropa : " Kami cukup bersedih atas penderitaanmu kawan, karena kami menyadari bapak-bapak kami juga yang mengotori langit biru kita itu. Tetapi Negara-negara kami sudah menandatangani protokol Kyoto, dan mulai sekarang kami akan mengurangi emisi gas rumah kaca."

Delegasi
AS
:" Ya, aku akui, picik pikiran bapak-bapakku, hanya memikirkan keuntungan sesaat dengan tidak menandatanganinya, sehingga industri-industri mereka tetap eksis dan untung besar. Padahal mereka dengan sadar-sadar telah menciptakan kiamat buat bumi kita."

Delegasi Sierra Leone : " Kemewahan-kemewahan negara kaya sering menebarkan derita di negara dunia ketiga. Cincin-cincin berlian yang orang-orang kaya gunakan membiaskan darah-darah kami, terpotongnya tangan dan kaki kami, terbunuhnya bapak, ibu, dan saudara kami. Aku menuntut perhatian para pemakai berlian atas tumpahnya darah di tanah kami"

Delegasi Chili : " Kawan, presiden kami yang begitu baik pun, Salvador Allende, digulingkan. Sederhana juga kawan, karena dia bilang tidak pada AS. Berani menasionalisasi semua kekayaan negara untuk kesejahteraan rakyat banyak, dan jelas perusahaan2 besar AS yang mengeruk kekayaan Chili kebakaran jenggot. Dan dengan gampangnya mengotaki rejim militer yang represif dan culas."

Delegasi AS :"Kawan, jangan kira nasibku lebih baik, mereka bilang negaraku menggunakan asas demokrasi, tetapi kenyataan dilapangan asas yang dipakai adalah asas oligarki. Kekuasaan hanyalah milik orang-orang bermodal tinggi. Perbudakan modern masih tetap merajalela. Mereka mau membentuk kekaisaran Amerika Utara, setelah Eropa Barat yang sudah ompong tak bisa unjuk gigi lagi, mereka mau menggantikan posisi itu, sebagai penguasa dunia, pemerkosa budaya lokal, dan penjahat yang memaksakan budaya dan sistemnya kepada setiap manusia di seluruh dunia. Dan jangan kira kesejahteraan itu milik semua orang, lebih dari 25 juta penduduk AS hidup di bawah garis kemiskinan, ratusan ribu tak punya rumah, jutaan penduduk tak memiliki akses kesehatan yang cukup."

Delegasi Qatar : " Doktrin Machiavelli sudah menjadi agama bagi kebanyakan politikus, altruisme sudah dibuang di pojok-pojok sejarah."

Delegasi Cina " Aku diajari atheist, tidak mempercayai Tuhan, tapi sebagai gantinya aku disuruh menyembah Mao Ze Dong. Menyembah manusia yang telah mengakibatkan kelaparan, yang mengakibatkan 20 juta orang mati hanya karena idealismenya yang kelewatan."

Delegasi Arab Saudi : " Kawan, negaraku kaya akan minyak, tapi seluruh minyak itu hanya untuk kekayaan monarkhi tak berbudaya itu, yang hanya bisa membuat harem, memperlakukan perempuan sebagai budak seks semata, dan menggunakan kekayaan nasional untuk memenuhi rekening-rekeningnya di bank Swiss. Raja-raja seperti itu adalah warisan sejarah yang perlu dibasmi, harus dimusnahkan"

Delegasi Brunei : " Seharusnya kekayaan alam dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat dalam jangka panjang. Bukan digunakan untuk hura-hura raja dan para hulubalangnya. Nasib kami Kawan, beberapa dekade lagi, ketika kekayaan alam sudah habis, maka kami akan menjadi pengemis. Sejak kapan pula mereka merasa berhak memerintah kami, menguasai kekayaan alam, membangun istana seribu satu malam. Aku setuju usulmu Kawan, para raja-raja seperti memang itu harus dibasmi."

Delegasi Korea Utara : " Kawan, aku dibiarkan kelaparan oleh keluarga Kim bangsat itu, kedinginan dan terisolir. Lebih memikirkan senjata dan jumawa daripada kesejahteraan rakyatnya, sungguh psycho yang narsis dan perfeksionis."

Delegasi Afghanistan : " Kawan, mereka menjual senjata kepada musuh, untuk kemudian musuh itu diperangi lagi, sungguh gila, Logikanya dimana...?, hanya segepok uang kawan. Menciptakan perang agar senjata laku dijual. Mereka yang berteriak-teriak menentang senjata pemusnah massasl, justru merekalah pengekspor utama senjata-senjata itu. Kawan-kawan pasti sudah tahu, 90 % senjata justru diproduksi dan dijual oleh Negara-negara besar seperti AS, Prancis, Russia, dan Jerman. Sedangkan, disaat yang sama mereka melarang setiap negara yang mau memproduksi senjata. Hal ini harus diubah kawan, kita harus merubah paradigma. Kita, manusia membuat senjata, oleh karena itu, senjata tidak bisa berkuasa atas manusia"

Delegasi Sudan : "Menyedihkan memang kawan, di mana hati mereka yang dengan suka rela dan bangga menciptakan alat-alat untuk membunuh sesama. Tidakkah mereka tahu, bahwa nyawa walaupun satu, itu berharga dan harus dihormati keberadaannya. Setiap hari ribuan manusia menjemput kematian di ujung peluru, seakan-akan tidak ada harganya nyawa-nyawa itu."

Delegasi Jepang : "Sudahlah kawan, forum ini jangan malah digunakan untuk curhat, semua negara punya masalah masing-masing. Kalau forum ini hanya digunakan untuk curhat, seminggu lagi pun rapat ini takakan selesai. Satu yang pasti Kawan-kawan....,Orang-orang Tua itu harus kita gulingkan, yang masih menganggap bahwa ras, suku, agama itu lebih penting daripada perbuatan, yang beragama hanya dari ritualnya, yang mementingkan harta dan kekuasaan daripada kesejahteraan anak cucunya, kau bisa sebut semua kesalahan mereka, tapi yang paling penting mereka sudah tidak pantas lagi menjadi pemimpin kita, kita gulingkan mereka atau kalau perlu kita penjarakan dan kita ajarkan, kita didik sampai mreka menyadari indahnya kedamaian"

Delegasi Filipina : "Setuju kawan, mereka seolah-olah merasa lebih tahu tentang dunia, menganggap dunia adalah pengetahuannya. Dan kita dipaksa untuk percaya, tapi mana mungkin kita mempercayainya, kalau hasil dari didikan mereka adalah dunia kita ini yang tak berbudaya, bukannya beradab tetapi penuh dengan manusia biadab.

Delegasi Cina : "Kita akan menggulingkan bapak-bapak kita, ibu-ibu kita, paman-paman kita, kakek-kakek kita, dan semua yang menentang ideide tentang persamaan hak dan kewajiban warga negara dunia"

Delegasi Indonesia : "Kalau mereka melawan.., bagaimana..?"

Delegasi Kuba : "Ini perang kawan, yang melawan harus kita bantai, tidak ada gunanya lagi punya orang-orang tua yang justru menyengsarakan masa depan anak-anaknya, di setiap perubahan membutuhkan pengorbanan"

Delegasi Pantai Gading : "Dengan kekuatan kita bersama, kita akan singkirkan orang-orang tua yang kurang ajar itu dari percaturan dunia. Kini sudah saatnya, tata dunia baru yang benar-benar baru, bukan hanya retorika."

Delegasi India : " Tetapi sebisa mungkin kita menggunakan cara yang elegan, menggulingkan mereka dan kita menyadarkan mereka"

Delegasi Kuba : "Tidak bisa kawan, perjuangan ini mau tidak mau harus dengan kekerasan, percayalah padaku, bahwa dengan cara elegan, mereka tidak akan bergeming. Kau sadarkan pun mereka tak akan mau sadar, nafsu binatang mereka adalah nafsu yang sudah mengakar dan mendarah daging, tidak akan sembuh sebelum mereka mati, bahkan mereka rela mati dalam nafsu binatang mereka"

Delegasi Tibet : "Kawan, sebaiknya kita berpikir lebih jernih lagi, jangan sampai tujuan mulia kita, justru kita capai dengan cara yang tidak mulia. Pembunuhan dengan alasan apapun tetaplah tidak bisa dibenarkan. "

Suasana Rapatpun menjadi ribut, masing-masing delegasi punya pendapat sendiri mengenai bagaimana revolusi ini akan dijalankan, forum terpecah menjadi dua kubu, yang menginginkan revolusi radikal dan yang menginginkan revolusi elegan. Ternyata yang mendukung revolusi radikal lebih banyak, dan itu membuat pendukung revolusi elegan bersedih hati dan akhirnya walk out.

Delegasi India : "Kawan, aku di sini mewakili mata hati, revolusi kita tak akan berarti jika hasil dari revolusi ini justru membawa ketakutan dan kehancuran peradaban. Kau ingat betapa Mahatma Gandhi dan Martin Luther King tercatat sebagai pejuang terhebat sepanjang masa, karena kelihaian mereka memainkan politik tanpa kekerasan. Memang revolusi elegan lebih membutuhkan kesabaran dan permainan taktik, tapi bagiku kawan, itulah jalan terbaik. Jika kalian semua memilih jalan radikal, saya akan keluar dari forum ini. Aku tak ingin sejarah menulis darah, itu sama saja kita tak ubahnya seperti mereka"

Beberapa dari delegasi juga memutuskan untuk keluar dari forum, mau kembali ke negara masing-masing. Forumpun menjadi semakin ribut tidak karuan. Karena tanpa kekompakan, gerakan revolusi global ini hanyalah omong kosong belaka. Sebagian besar delegasi yang masih dalam ruangan kebingungan, tanpa kawan-kawan yang walk out, rapat ini bisa dibilang kurang representatif. Selain kurang representatif, jalannya revolusi pun akan setengah-setengah karena tidak berlaku di seluruh negara. Setelah diskusi yang cukup lama, akhirnya delegasi yang walk out diminta untuk kembali ke Forum, karena memang harus ada perubahan strategi untuk mencapai tujuan awal, yaitu terciptanya perdamaian diseluruh dunia.

Pimpinan Rapat : " Terima kasih atas kesediaan kawan-kawan semua untuk kembali lagi dalam forum ini. Setelah kami berdiskusi, kami lebih menyetujui revolusi elegan."

Delegasi Kuba : " Socialismo o muerte.....Sosialisme atau mati...........Sosialisme itu jawaban kawan, percayalah padaku. Tetapi jalan menuju ke sana berliku dan penuh dengan kerikil-kerikil tajam dan batu. Tapi jangan pernah menyerah, karena Tuhan bersama para pemberani. Kami berani bilang tidak atas kekuasaan AS, dan kami tahu resikonya. Diisolir habis-habisan, akses ekonomi di tutup, tapi kami tetap bisa bertahan. Pendidikan tetap gratis buat anak-anak Kuba, bahan pokok masih sangat murah untuk rakyat biasa, pengobatan gratis untuk semua warga negara. Kami memang tidak kaya, tapi kami tidak mau menukar idealisme kami hanya untuk mobil-mobil mengkilap, atau rumah-rumah mewah dengan hiasan mayat-mayat saudara kami. Kami berbagi suka dan duka bersama. Tapi apa yang kami dapat dari koran-koran kapitalis itu, hanya cacian dan hinaan, tapi percayalah kawan, kami tidak akan bergeming. Bersama presiden Castro kami yang tercinta, kami akan menghidupkan negara sosialis yang ideal. "

Delegasi Selandia Baru : "Dalam banyak hal aku setuju denganmu Kawan dari Kuba. Tetapi harus kita ingat, bahwa tidak semua yang bermulut manis selalu mengeluarkan madu. Lenin fasis, Mao Ze Dong fasis, Musollini fasis, Stalin fasis, bahkan Castro pun sekarang cenderung fasis. Ketika sudah berhadapan dengan nafsu manusia, ideologi kadang tidak menentukan lagi Kawan-kawan. Tetap harus ada check and balance dalam pemerintahan. Aku setuju bahwa sosialisme adalah sistem yang harus kita gunakan, tetapi aku tidak setuju sama sekali jika jalan kediktatoran digunakan untuk menuju masyarakat sosialis. Demokrasi harus tetap berjalan beriringan dengan sosialisme. walaupun Negara-negara kaya tak pernah mengakui bahwa mereka memakai sistem sosialis. Dalam kenyataannya sistem mereka adalah sosialis, walaupun dengan munafiknya menyebut sistem itu welfare state. Yang masih kita perlu lakukan dalam skala global adalah mentransformasikan welfare state atau sosialisme itu dalam hubungan antar semua negara di dunia ini. Jadi kesejahteraan satu negara tidak bertumpu di atas penderitaan negara lain.

Delegasi Malaysia : " Benar Kawan, Kami di Malaysia percaya akan globalisasi, karena dunia memang tidak bisa menghindari panggilan masa depan itu. Tapi globalisasi bukan berarti perekonomian yang dikuasai oleh segelintir orang atau segelintir kaum ataupun segelintir bangsa. Globalisasi juga berarti transformasi, jika engkau negara kaya, engkau juga harus membuat negara lain kaya, jangan malah memerahnya. Dan jalan globalisasi tidak selalu harus sama, semua negara berhak menentukan jalannya sendiri-sendiri. Memang tidak semua negara dikuasai oleh orang-orang yang tepat, tapi jika memang begitu, itu bukan alasan juga untuk menguasai negara itu. Percayalah pada kekuatan rakyat, perkuat mereka kalau kau memang mau membantu, karena mereka sendiri yang akan menggulingkan kekuatan-kekuatan saudara-saudara sebangsa yang serakah dan tamak itu.

Delegasi Iran : " Aku setuju pendapat kawan dari Malaysia, tidak ada sistem yang benar-benar sempurna, semua saling melengkapi. Yang paling penting adalah bagaimana cara kita menjaga batasan-batasan diantara kita semua sama lain, bukankah pelangi indah dilihat karena setiap warna tak mencoba mencampuri warna lain"

Delegasi Ghana : " Kalian boleh bilang bahwa globalisasi itu diperlukan, tetapi globalisasi yang kalian perjuangkan lebih banyak globalisasi barang, sedangkan manusia dikecualikan dari globalisasi. Kalau boleh, aku menamakannnya globalisasi setengah hati. Semua negara diharuskan membuka lebar-lebar batas negaranya untuk barang-barang dari luar negeri, tetapi di saat yang sama menutup rapat-rapat untuk manusia yang mencari penghidupan. "

Delegasi Venezuela : " Setuju, globalisasi harus benar-benar menyeluruh, dan bukan ditentukan oleh interpretasi globalisasi sebagian negara kaya. Globalisasi komoditi, informasi, ekonomi, budaya, dan globalisasi manusia. "

Delegasi Indonesia :" Kawan, kami dicekoki oleh kurikulum-kurikulum sejarah yang menyesatkan, bajingan yang membantai ratusan ribu saudara-saudara kami telah menjadi pahlawan-pahlawan suci di buku-buku sejarah kami. Dan dengan kesuciannya itu, kami dibungkam dan dikebiri, dihibernasi oleh dogma-dogma tak berarti. Sedangkan dengan sadar di saat yang sama, Negara kami yang terdiri dari pula-pulau yang beribu-ribu itu telah dirampok dan disedot oleh manusia-manusia serakah itu, tentu saja dengan bantuan tangan bangsa-bangsa utara yang datang atas nama globalisasi. Negara kami penuh petualang politik sejati. Dan kini banyak yang mendukung pembentukan negara berdasarkan agama"

Delegasi Mesir : " Kawan, sejak kapan pula dalam sejarah dunia ini ada negara maju berdasarkan agama...? Tapi orang-orang tua kita memang pandai berkhayal, romantisme masa lalu yang tak masuk akal pun dipaksakan untuk diterapkan di jaman ini."

Semua delegasi melirikkan matanya ke delegasi Indonesia dan delegasi Mesir, gedeg juga melihat delegasi Indonesia yang mulai curhat, gedeg melihat ada juga yang menanggapi curhat itu, jaka sembung bawa golok (udah ‘gak nyambung...guoblok) padahal tadi sudah diputuskan untuk membahas masalah-masalah yang lebih substansial. Curhat hanya akan menghabiskan waktu yang memang singkat ini.

Delegasi Irak : " Kawan, kapan transformasi itu terjadi..? Kita tak bisa menunggunya kawan, sekarang atau tidak sama sekali."

Delegasi Chili: " Kawan, jangan menunggu lagi, momentum harus kita ciptakan. Dunia sudah bosan dengan tata dunia yang sekarang, mari kita buat tata dunia baru yang sosialis demokratis. Kita bubarkan seluruh Negara-negara di dunia, kita bubarkan PBB, dan mari kita bentuk satu negara, Perserikatan Bumi. Tidak akan ada lagi batas-batas yang irrasional, bumi adalah tempat tinggal kita bersama, dan mari kita bekerja keras menuju kesejahteraan bersama. Kita butuh ribuan pemimpin muda yang progresif, revolusioner, pluralis, humanis, egaliter, altruis. Karena apa yang kita lakukan sekarang, adalah masa depan anak cucu kita di masa mendatang. Baik buruknya dunia di tangan kita, anak cucu kita yang bisa menilainya. Kobarkan Revolusi.....!!!!!!!!!!"

"Setuju.................!!!!!!!!!!!!!!!" suara bersama menggaung, memantul, sahut menyahut, beberapa dari delegasi terlihat meneteskan air mata haru.

" Merdeka..., merdeka...., merdeka...., merdeka.....!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!"

Forum menjadi riuh rendah oleh teriakan, pimpinan forum akhirnya mengetukkan palu tiga kali untuk meminta forum tenang.

Delegasi Zimbabwe : " Kawan, maaf aku tak bisa membaca, tapi dari analisa kawan di sebelah sana tadi..."

Delegasi Chili : " Aku dari Chili."

Delegasi Zimbabwe : " Terima kasih, ya dari analisa kawan dari Chili tadi, tiada kata lain yang kita perlukan adalah revolusi. Pemimpin-pemimpin bangsat ternyata tidak hanya ada di negaraku, tetapi hampir di semua kolong bumi. Dan revolusi harus dilakukan sekarang, atau tidak sama sekali. Kelaparan tak mampu menunggu hitungan jam apalagi hari, tangis tak patut kau biarkan terjadi berhari-hari. Kematian sia2 tak boleh kita biarkan setiap detik terjadi."

"Setuju..., Setuju..., Merdeka...., Hidup Rakyat...!!!!!!!!" Forum kembali lagi riuh rendah oleh teriakan. Pimpinan rapat segera mengetukkan palunya.

TOK……TOK….TOK…..TOK….TOK…

Pimpinan Rapat : " Mohon perhatian kawan-kawan semua…..Kalau aku tidak salah mencermati, secara aklamasi kita memutuskan untuk mengadakan revolusi, dan revolusi yang kita pilih adalah revolusi elegan, revolusi tanpa kekerasan. Masing-masing negara punya penindasnya masing-masing, kita turunkan mereka. Dan harus kita lakukan secepatnya, karena bumi tidak mampu menunggu lagi. Tapi sebelumnya….marilah kita untuk sejenak menenangkan pikiran kita dengan mendengarkan sebuah lagu yang akan dipersembahkan oleh rekan kita delegasi dari Indonesia untuk merayakan semangat kebersamaan kita. Bagi yang belum hafal teksnya bisa dibaca di layar sebelah sana"

Untuk sejenak suasana nampak hening, suasana menjadi sedikit khusuk......
**
aku mendengar suara jerit makhluk terluka
luka, luka hidupnya….luka
orang memanah rembulan, burung sirna sarangnya
sirna, sirna….hidup redup
alam semesta luka

banyak orang hilang nafkahnya
aku bernyanyi menjadi saksi
banyak orang dirampas haknya
aku bernyanyi menjadi saksi

mereka dihinakan tanpa daya
ya…. tanpa daya
terbiasa hidup sangsi

orang-orang harus dibangunkan
aku bernyanyi menjadi saksi
kenyataan harus dikabarkan
aku bernyanyimenjadi saksi

lagu ini jeritan jiwa
hidup bersama harus dijaga
lagu ini harapan sukma
hidup yang layak harus dibela

Pimpinan Rapat : " Kawan, kita mempunyai waktu seminggu sebelum hari yang telah kita tetapkan untuk merubah wajah bumi, konsolidasikan seluruh kekuatan kawan-kawan muda dan anak-anak di seluruh penjuru mata angin, dan jika kita bersatu, tak ada yang mampu mengalahkan kita. Negara-negara akan tinggal sejarah, bumi adalah satu. Mari menangis dan tertawa bersama-sama. Mari menulis lembaran sejarah baru bersama-sama. Dimanapun Kawan-kawan muda tinggal, turunkan pemimpin-pimpinan diktator, turunkan orang-orang tua yang sok tahu dari jabatan publik, bubarkan semua institusi yang menginjak-injak hak-hak makhluk hidup. Sandi Revolusi kita adalah Mata Hati, Revolusi oleh Pewaris Bumi Yang Perduli, Untuk Semua Penghuni Bumi Tak Terkecuali. 7 hari dari sekarang, tepat jam 00.00 Greenwich Mean Time (GMT), kita melakukan coup serentak di seluruh bagian bumi."

Palu diketukkan tiga kali. Tepuk tangan membahana, semangat menyala--nyala. Dalam sekejap, semua delegasi telah dikembalikan ke negaranya masing-masing. Jibril tersenyum, forum yang diprakarsainya menghasilkan kesepakatan menggembirakan. Sumpahnya dulu untuk tidak kembali ke bumi ternyata harus dicabut. Tugasnya masih banyak di bumi, bumi butuh nabi-nabi baru, nabi yang lebih rasional dan jauh memandang ke depan. Nabi yang tidak merengek-rengek pada Tuhan, Nabi yang mencari Tuhan dengan otaknya bukan dengan hatinya. Nabi yang memimpin rakyat dengan demokrasi, bukan dengan keabsolutan hirarki. Nabi-nabi wanita, Nabi-nabi pria. Nabi-nabi manusia biasa, tanpa mukjizat apa-apa. Bukan keturunan dewa, apalagi keturunan Jawa, Arab, Yahudi, India, Eropa, atau keturunan bangsawan jumawa. Tidak mengaku berbangsa, selain bangsa manusia. Nabi yang benar-benar nabi, membangun makhluk semesta menuju kebahagiaan sejati.

(**Kesaksiannya Iwan Fals)

Wassalam
JOe' SoRJaN
Dalam KeRinDuAN Pada KeDamAian Pagi

No comments: