Friday, October 13, 2006

Satu Cerita Tentang JOe dan MaLaiKaT

Selusin malaikat serupa cahaya berkelebat turun dari langit menembus eternit langit-langit kamar Joe seperti hujan lebat tanpa angin, tanpa suara badai dahsyat. Kilat malaikat berseragam putih itu menghampiri Joe. Waktu menunjukkan pukul delapan pagi saat lelaki bertubuh kurus tinggi itu menghapus air mukanya setelah mengucap salam dan mengusap rambutnya yang ikal tak beraturan.

Joe termangu menyaksikan para malaikat yang segera mengambil posisi duduk di sekelilingnya. Malaikat? Terkejut. Tentu! Tak seorang pun bakal percaya kisah Joe. Mustahil, sekalipun nyata.

Cobalah pertanyakan kepada setiap orang. Mulai dari kalangan elite penghuni rumah-rumah mewah atau kepada para pedagang kaki lima yang menyelipkan mimpi-mimpinya di gang-gang sempit.

Malaikat-malaikat itu secara serempak turun ke bumi di kamar Joe seperti wartawan yang akan meliput acara jumpa pers. Joe bertanya, malaikat menjawab. Malaikat bertanya Joe menjawab. Luar biasa.

Para malaikat bahkan tidak sabar ingin menanyai Joe tentang keadaan bumi paling mutakhir. Hmm, pikir Joe. Apakah mereka, para malaikat-malaikat itu takut ketinggalan zaman?

Seperti ekspresi kanak-kanak yang kehausan kisah Cinderella, malaikat-malaikat itu mulai menyimak Joe berkisah. Masyarakat langit menghargai kehalusan budi. Penghuni alam fana mengutamakan ketulusan, jujur, dan benar. Tapi keadaan di dunia terlalu hingar bingar sehingga menyebabkan udara panas menguap sampai ke ruang peristirahatan bidadari di khayangan.

Setelah melalui abad millenium, barangkali gravitasi bumi mulai merubah posisi ke poros langit sehingga anak-anak manusia yang hidup dalam dunia nyata mengapresiasikannya dengan istilah 'dunia sudah terbalik.' Abad serba abu-abu metalik bagi selebritis, ulah serba nekat manusia yang saling membunuh karena emosi, abad ego paranormal yang berniat membantu tapi malah membuat persoalan baru.

Kelaparan mulai mengganggu. Serba tidak jelas bagi para petinggi-petinggi dunia yang terombang-ambing. Serba tak terbatas ulah pelaku bisnis menggoyang pasar saham di lantai Bursa Efek. Oleh karena serba ketidaktahuan para malaikat itu wajar saja. Kedua belas cahaya putih itu menghujani Joe dengan berbagai pertanyaan.

"Bagaimana cara menyelesaikan kemelut ini, " tanya Joe.

Para malaikat-malaikat itu tampak berpikir keras. Sambil menengadah, Joe menghela nafas. Kekuatan alam pikir manusia yang mengalami proses panjang ternyata memuntahkan sistem gelombang energi yang tak terkoordinir, sehingga kekuatan positif menjadi negatif, pasif berubah aktif. Maka alam berkontraksi.

Tiba-tiba saja seluruh partikel bumi yang terikat udara bebas, dalam peraduan alam melakukan protes keras. Proses semua lantai keramik berbicara, sebagaimana lidah bersaksi.

Gerak lamban gunung-gunung tinggi yang berputar seperti sedang ber-Salsa, hamparan rumput bergoyang seperti permadani terbang di udara, matahari menuding ke segala penjuru, genteng-genteng berjiwa.

Segala pintu bernyawa dan kain gorden menyapa saat udara bernafas kepada cahaya.

Joe bertanya, tapi malaikat-malaikat itu kini tak berkenan menjawab. Ia kurang paham, apakah ini arti kiamat? Joe terkesima. Lelaki itu mengusap air mukanya berulangkali, namun ke dua belas malaikat itu telah pergi. Tanpa angin, tanpa suara badai yang dahsyat.

No comments: